BELITONGEKSPRES.COM - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai bagian dari Subholding Upstream Pertamina, terus memperkuat sinergi untuk mendorong peningkatan produksi migas pada tahun 2024.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menegaskan bahwa dominasi Pertamina dalam pengelolaan blok migas di Indonesia sangat signifikan.
Dalam pernyataannya pada Minggu, Dwi mengungkapkan bahwa peran Pertamina di sektor hulu sangat krusial, dengan negara dan SKK Migas yang sangat bergantung pada agresivitas Pertamina untuk mencapai target produksi.
"Pertamina memiliki peran yang sangat dominan, dan kami bergantung pada langkah-langkah agresif yang diambil perusahaan," ujar Dwi.
BACA JUGA:Mentan Dorong Generasi Muda Terjun ke Dunia Pertanian Modern, Potensi Pendapatan Rp10 Juta per Bulan
BACA JUGA:OJK dan Bank Negara Malaysia Bahas Kerja Sama di Sektor Keuangan Syariah
Pada Jumat, 27 September, SKK Migas melakukan pertemuan dengan PHE untuk membahas strategi mendorong program kontraktor kerja sama (KKKS) guna mencapai target yang telah ditetapkan.
Dalam pertemuan ini, Dwi memberikan arahan langsung serta mendorong pencarian solusi inovatif untuk mengatasi kendala di lapangan. Langkah ini bertujuan agar kinerja operasional KKKS di bawah PHE dapat meningkat dalam tiga bulan ke depan.
Dwi juga menekankan pentingnya persiapan program kerja tahun 2025 agar bisa dimulai tepat waktu. "Fokus utama saat ini adalah meningkatkan produksi migas, terutama karena gas sudah mulai menunjukkan kenaikan, sementara sektor minyak masih mengalami tantangan," jelasnya.
Selain itu, ia mengusulkan perlunya perubahan regulasi untuk mendukung mekanisme kemitraan yang lebih efektif, guna memenuhi target pemerintah dalam capaian lifting migas. SKK Migas menargetkan pengeboran 932 sumur pengembangan pada 2024, dan Dwi menekankan pentingnya kontribusi KKKS Pertamina dalam mencapai target ini.
BACA JUGA:Hilirisasi UMKM Jadi Kunci Penciptaan Lapangan Kerja Berkualitas di Tengah Deindustrialisasi
Di sisi lain, Direktur Utama PHE, Chalid Said Salim, menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya meningkatkan kegiatan pengeboran, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Chalid juga menyampaikan perkembangan terkait komersialisasi dan perjanjian jual beli gas bumi (PJBG) dengan SKK Migas, serta memaparkan potensi elpiji di beberapa wilayah kerja PHE, termasuk PHE ONWJ, Senoro, dan Jambi Merang.
Chalid juga mengungkapkan perkembangan penting dalam pengelolaan emisi karbon, di mana PHE menjalin kerja sama dengan perusahaan Jepang, Japex, untuk proyek di Jambi Merang dan Sukowati.