BELITONGEKSPRES.COM - PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menetapkan target ambisius untuk memasok 10 juta ton biomassa pada tahun 2025 guna mendukung penerapan teknologi pencampuran bahan bakar (cofiring) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.
Iwan Agung Firstantara, Direktur Utama PLN EPI, menjelaskan bahwa pada tahun 2024, perusahaan ditargetkan menyuplai lebih dari 2 juta ton biomassa, sementara sekitar 1 juta ton biomassa telah digunakan sebagai substitusi batu bara untuk pembangkitan listrik pada tahun 2023.
Sejak tahun 2020, PLN EPI telah memulai penggunaan biomassa secara komersial sebagai pengganti batu bara. Iwan berharap bahwa pada tahun 2025, keterlibatan masyarakat dalam budidaya tanaman energi bisa mencapai 1,25 juta orang, dengan nilai ekonomi yang diperkirakan mencapai Rp9,43 triliun dari penggunaan biomassa tersebut.
Biomassa yang digunakan dalam program ini terutama berasal dari limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan, yang diharapkan dapat mendorong perekonomian lokal. Iwan menegaskan, "Dengan melibatkan masyarakat dalam budidaya tanaman energi, kami tidak hanya mengamankan pasokan biomassa, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mereka."
BACA JUGA:Kemenkeu Tetapkan Target Cukai Minuman Berpemanis Tahun 2025 Sebesar Rp 3,8 Triliun
BACA JUGA:Kebijakan Kemasan Rokok Polos Tanpa Merek Dinilai Ancam Penerimaan Negara dan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber biomassa ini termasuk limbah kayu dari pabrik, sekam padi, bonggol jagung, dan batang singkong. Namun, PLN EPI menyadari bahwa ketersediaan limbah tersebut mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
Oleh karena itu, untuk menjaga keberlanjutan pasokan biomassa, PLN EPI berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat melalui program budidaya tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam produksi biomassa untuk cofiring di PLTU. "Sebagai bagian dari PLN, kami memiliki program konkret untuk menurunkan emisi melalui pemanfaatan biomassa sebagai substitusi batu bara di PLTU," tutup Iwan. (ant)