BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pemain utama dalam era kecerdasan artifisial (AI).
Dalam pidato pembukaannya secara virtual di acara Sarasehan Nasional: Peluncuran AI Transformation Policy Manifesto di Jakarta, Selasa, Airlangga menyatakan keyakinannya atas kesiapan Indonesia menghadapi era AI.
"Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-6 dunia dengan 2.646 startup, termasuk 15 Unicorn dan 2 Decacorn. Hal ini menegaskan kesiapan kita untuk menjadi pemain utama di era AI," ujar Airlangga.
Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan bagi industri AI. Laporan Datareportal 2023 menunjukkan bahwa negara ini memiliki 212 juta pengguna internet, 167 juta pengguna media sosial, dan 353 juta sambungan seluler aktif, dengan penetrasi internet mencapai 77 persen. Angka-angka ini menunjukkan potensi besar bagi adopsi AI di berbagai sektor.
BACA JUGA:Rupiah Diprediksi Menguat Lagi, Dolar AS Tertekan Data Ekonomi Lemah
BACA JUGA:OJK Blokir 6.400 Rekening dan Selidiki Aliran Dana Terkait Judi Online
Menurut proyeksi, AI di Indonesia dapat menyumbang sekitar 12 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, setara dengan 366 miliar dolar AS pada tahun 2030.
Secara global, adopsi AI di sektor industri telah mencapai 56 persen, dengan generative AI diperkirakan berkontribusi hingga 4,4 triliun dolar AS per tahun pada ekonomi dunia.
Meski demikian, Global AI Index 2023 menempatkan Indonesia di peringkat ke-46 dari 62 negara, menunjukkan masih adanya tantangan yang harus diatasi.
Airlangga menekankan pentingnya peningkatan infrastruktur digital untuk mendukung pengembangan AI di Indonesia. Tantangan utama yang dihadapi adalah belum meratanya akses internet, terutama di luar Pulau Jawa.
BACA JUGA:Harga MINYAKITA Naik jadi Rp15.700 Per Liter, Mendag Zulhas Ungkap Alasannya
BACA JUGA:Tarif Cukai Naik: Peredaran Rokok Ilegal Jadi Tantangan, Pemerintah Diminta Rumuskan CHT 2025
Kecepatan rata-rata broadband di Indonesia masih rendah, yaitu 28,8 Mbps untuk fixed broadband dan 24,6 Mbps untuk mobile, masing-masing berada di peringkat ke-8 dan ke-9 di ASEAN.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis, seperti pembangunan jaringan fiber optik Palapa Ring sepanjang 12.100 km yang menghubungkan 57 kabupaten/kota, pembangunan BTS di 1.600 titik, serta peluncuran satelit multifungsi Satria-1.
Pemerintah juga berencana membangun pusat data di Batam, Ibu Kota Nusantara (IKN), dan Jabodetabek.