Menko Marves Ungkap Potensi Bioetanol sebagai Alternatif Pengganti BBM

Rabu 10 Jul 2024 - 11:45 WIB
Reporter : Erry Frayudi
Editor : Erry Frayudi

BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti potensi bioetanol sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Menurutnya, BBM jenis bioetanol memiliki kandungan yang lebih ramah lingkungan dan dapat mengurangi impor BBM bensin yang selama ini memberi tekanan pada keuangan negara.

"Dengan program bioetanol sebagai campuran BBM bensin, kita dapat signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca," ujar Luhut dalam unggahannya di Instagram pribadi @luhut.pandjaitan, Selasa 9 Juli 2024.

Luhut menekankan bahwa kandungan sulfur dalam bioetanol hanya sekitar 50 ppm, jauh lebih rendah dibandingkan dengan bensin yang mencapai 500 ppm. Hal ini menjadikan bioetanol sebagai solusi untuk mengurangi polusi udara di Indonesia.

Selain manfaat lingkungan, Luhut juga mengungkapkan potensi bioetanol dalam mengurangi dampak penyakit pernapasan, seperti ISPA, yang dapat menghemat dana sebesar Rp 38 triliun yang saat ini ditanggung oleh BPJS.

BACA JUGA:Polri akan Terapkan Pasal TPPU Terhadap Bandar dan Kurir Narkoba untuk Dimiskinkan

BACA JUGA:CBC: untuk Menghancurkan Praktik Judi Online, Hancurkan Sistem Pembayaran yang Pendukungnya

Saat ini, pemerintah terus mengkaji implementasi program campuran bioetanol untuk BBM. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyatakan bahwa pemerintah masih dalam tahap diskusi mengenai persentase campuran bioetanol yang optimal untuk BBM.

"Kami sedang mempertimbangkan apakah akan memulai dengan campuran 2,5 persen atau 5 persen bioetanol untuk BBM," kata Eniya Listiani Dewi dalam Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation and Circularity, Jumat lalu.

Meskipun program campuran bioetanol untuk BBM sudah ada, capaian implementasinya masih terbilang rendah saat ini. Pemerintah menargetkan Indonesia mencapai 20 persen penggunaan bioetanol pada 2025, namun tantangan industri bioetanol yang terbatas masih menjadi kendala utama dalam pencapaian target tersebut. (dis)

Kategori :