Inovasi Koperasi KIM: Sulap Sabut Kelapa Jadi Produk Bernilai Jual Tinggi

Senin 10 Feb 2025 - 23:18 WIB
Reporter : Nyaman Bagus Purwaniawan
Editor : Yudiansyah

Agar semakin banyak produk kriya yang dihasilkan, PHKT juga melengkapi Koperasi KIM dengan berbagai mesin pendukung, seperti mesin pencacah, mesin press, mesin cocobristle, dan mesin pemintal tali.

Dengan dukungan ini, Koperasi KIM kini mampu memproduksi lebih dari 50 jenis kerajinan berbahan dasar sabut kelapa. Produk-produknya meliputi tas, karpet, keset, tempat lampu, topi, pot bunga, sapu, kemoceng, tempat tisu, hingga tempat hantaran untuk suvenir. Tak hanya itu, mereka juga terus berinovasi dengan menghadirkan produk terbaru, seperti sandal dan sepatu dari serat kelapa.

Untuk memperluas pasar, hasil kreasi Koperasi KIM rutin dipamerkan di berbagai ajang pameran, baik di tingkat regional maupun nasional. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara juga turut memberikan dukungan melalui berbagai program bantuan guna mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di daerah tersebut.

Produksi kerajinan berbahan dasar sabut kelapa yang dikembangkan Koperasi KIM di Kelurahan Saloloang diharapkan dapat menjadi produk khas Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara berkomitmen untuk terus memberdayakan dan meningkatkan produk UMKM serta koperasi sebagai bagian dari upaya percepatan penggunaan produk dalam negeri.

BACA JUGA:Pemerintah Lanjutkan Subsidi Motor Listrik Rp 7 pada 2025, Tinggal Tunggu Regulasi PMK

Selain itu, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) turut menjadikan Koperasi KIM sebagai mitra binaan sekaligus salah satu UMKM unggulan di Kota Nusantara, yang berpotensi memperluas jangkauan pasar dan membuka lebih banyak peluang usaha bagi masyarakat setempat.

Meskipun telah menghasilkan puluhan produk, Rusni Febrianti bersama Koperasi KIM masih menghadapi tantangan dalam memperluas pemasaran. Saat ini, produksi mereka masih berbasis pesanan karena keterbatasan sumber daya manusia yang membuat produksi massal sulit dilakukan secara konsisten.

Proses pembuatan kriya berbahan sabut kelapa membutuhkan ketelitian tinggi agar menghasilkan produk berkualitas. Namun, dengan keterbatasan tenaga kerja, Koperasi KIM belum bisa memasuki lokapasar atau platform daring yang mengusung konsep pasar tradisional dalam format digital.

Produk kerajinan sabut kelapa dari Koperasi KIM dijual dengan harga mulai dari Rp30 ribu hingga Rp1 juta, tergantung tingkat kesulitan dan waktu pengerjaannya.

Setelah mengikuti berbagai pameran, Rusni Febrianti bertekad untuk memperluas pemasaran secara daring. Ia melihat potensi besar di pasar internasional, mengingat banyak pengunjung mancanegara yang tertarik dan ingin membeli kriya berbahan sabut kelapa dari Koperasi KIM saat dipamerkan.

Sambil terus berkarya, Rusni Febrianti selalu mengingatkan anggota koperasi akan pentingnya keberlanjutan dan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana. Ia menegaskan bahwa setiap produk yang dihasilkan oleh Koperasi KIM adalah barang ramah lingkungan, terutama karena bahan bakunya berasal dari sabut kelapa yang sering dianggap sebagai limbah.

BACA JUGA:Bareskrim Polri Periksa 44 Saksi dalam Kasus Pagar Laut Tangerang

Melalui upaya ini, mereka tidak hanya membantu mengurangi sampah organik, tetapi juga memberikan nilai tambah pada hasil pertanian kelapa dengan menciptakan produk-produk bernilai ekonomi sekaligus ramah lingkungan.

Berkat inovasi dan dedikasinya, Koperasi KIM berhasil meraih penghargaan dalam berbagai pameran nasional dan internasional. Mereka mendapatkan apresiasi atas varian produk terbanyak berbahan dasar sabut kelapa serta penghargaan sebagai produk berbasis lingkungan.

Sebagai bagian dari pelaku UMKM yang terus berkembang, Rusni Febrianti dan Koperasi KIM masih membutuhkan dukungan agar dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan kapasitas produksi mereka.

Kategori :