Untuk menjaga agar tiket kereta tidak dijual dengan harga tinggi atau menyebabkan spekulasi, pemerintah China sejak awal Januari 2025 mengatakan bahwa tiket hanya dapat dijual 15 hari sebelum tanggal keberangkatan, baik melalui laman operator kereta api nasional, China State Railway Group (CRRC), aplikasi China Railway, telepon 12306 atau membeli di loket stasiun.
Bagi penumpang yang ingin membeli lewat aplikasi dapat mengisi data diri dan preferensi kereta maupun tempat duduk, sebelum pemesanan tiket dibuka, sehingga begitu tiket tersedia, penumpang dapat dengan cepat memesan dengan satu kali klik. Masyarakat diingatkan untuk tidak membeli tiket dari aplikasi lain yang menawarkan jasa pemesanan tiket sebelum 15 hari keberangkatan.
BACA JUGA:Menguatnya Rupiah di Google dan Ilusi Digital yang Menyesatkan
Hingga malam Tahun Baru Imlek (28/1), pemerintah China menyebut sudah tercatat 204,39 juta perjalanan antardaerah di China. Rinciannya, sebanyak 194,18 juta dilakukan via jalur darat, 7,76 juta via kereta, 1,86 juta via jalur udara dan 587.000 via jalur perairan.
Libur Imlek juga dimanfaatkan sejumlah mahasiswa Indonesia di Beijing, seperti Edwin (27) yang sudah pulang ke Tanah Air menggunakan pesawat terbang sejak 13 Januari dan baru akan kembali pada akhir Februari, menyesuaikan jadwal masuk kuliahnya.
Namun, tidak semua memanfaatkan libur Imlek untuk berlibur di dalam negeri. Daniel (27), asal Tianjin menggunakan masa liburnya untuk berwisata ke Maroko. Ia mengaku keluarganya tidak keberatan dengan keputusannya berlibur keluar negeri karena ia masih tinggal di satu kota dengan keluarganya, meski tidak dalam satu rumah.
2. Memberi dan mendapat angpao
Saat hari tahun baru pada 29 Januari 2025, anak-anak maupun generasi yang lebih muda memberikan ucapan selamat tahun baru kepada para orang tua. Sebagai balasannya, orang tua pun memberikan uang keberuntungan untuk menangkal roh jahat (sesuai keyakinan mereka), sembari berharap agar anak-anak dan generasi muda mendapat kebaikan pada tahun yang baru.
Uang keberuntungan di China lazim disebut sebagai amplop merah (hongbao dalam bahasa Mandarin, lai see dalam bahasa Kanton dan ang pow dalam bahasa Hokkien), yaitu hadiah berupa uang yang dimasukkan ke dalam amplop kertas merah dengan hiasan emas.
BACA JUGA:Memperkuat Kemitraan Strategis dengan India
Warna merah melambangkan energi, kebahagiaan, dan keberuntungan dalam budaya China dan biasa diberikan saat Tahun Baru China, ulang tahun maupun pernikahan.
Namun, sesungguhnya hal terpenting dari amplop merah tersebut bukanlah uang, melainkan kertas merahnya. Membungkus uang (keberuntungan) di dalam amplop merah diharapkan dapat memberikan lebih banyak kebahagiaan dan berkah bagi para penerimanya.
Kebiasaan memberikan amplop hongbao sendiri berasal dari legenda kuno Tiongkok. Tersebutlah satu hantu bernama Sui yang kerap menakut-nakuti anak-anak, saat mereka tidur. Untuk menjaga anak-anak agar tidak diganggu Sui, maka orang tua akan menyalakan lilin dan terjaga sepanjang Malam Tahun Baru Imlek.
Menurut legenda, tersebutlah sepasang orang tua dengan ayah bermarga Guan yang memiliki anak laki-laki. Mereka memberikan delapan koin tembaga kepada anaknya untuk dimainkan menjelang Malam Tahun Baru. Sang anak lalu membungkus koin-koin itu dengan kertas merah, tapi membukanya lagi, kemudian membungkusnya lagi, dan membukanya lagi, begitu terus hingga lelah dan tertidur. Kemudian orang tuanya meletakkan bungkusan koin itu di dekat bantalnya.
BACA JUGA:Bahaya Fatherless Terhadap Tumbuh Kembang Remaja
Saat malam datang, Sui pun muncul dan mencoba menyentuh kepala sang anak, tapi ternyata delapan koin itu memancarkan cahaya terang dan mengusir Sui. Delapan koin itu ternyata adalah delapan peri. Saat orang tuanya menemukan si anak, peri-peri itu berkata "Jangan khawatir, kami sudah mengusir Sui," kemudian para peri terbang menghilang. Pasangan itu pun memahami bahwa kertas merah yang membungkus koin telah menyelamatkan anak mereka.
Kebiasan membungkus koin di kertas merah pun menjadi tradisi dan disebut "Ya Sui Qian" (压岁钱) atau secara harafiah berarti "Uang pengusir Sui" karena "Sui" terdengar seperti kata "tahun" dalam bahasa Mandarin, maka masyarakat mulai menyebut "Ya Sui Qian" atau uang keberuntungan, sehingga sejak saat itu, memberikan amplop merah sebagai uang "keberuntungan" dari orang tua ke anak-anak menjadi cara agar menjaga anak-anak tetap aman dan membawa keberuntungan.