Dr. Michael Siegel, seorang profesor di Departemen Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di Fakultas Kedokteran Universitas Tufts di Boston, mengidentifikasi keterbatasan utama dalam penelitian ini, yaitu inklusi 'perokok sakit', yang merujuk kepada individu yang berhenti merokok karena sudah mengalami gejala kanker.
Menurutnya, hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker selama lima tahun pertama setelah berhenti merokok, yang merupakan sebuah anomali, seperti yang ia sampaikan kepada Medical News Today.
“Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa ada penurunan risiko kanker setelah berhenti merokok. Temuan utamanya adalah bahwa berhenti merokok menghasilkan penurunan risiko kanker secara substansial dalam waktu sekitar lima tahun, dan dalam 10 tahun, risiko tersebut hampir turun dibandingkan dengan bukan perokok,” bebernya.
Hal ini sejalan dengan temuan dari studi kasus kontrol sebelumnya yang menunjukkan bahwa perokok yang berhenti selama 10 tahun memiliki risiko kanker hati yang hampir sama dengan mereka yang tidak pernah merokok.
Tidak pernah terlambat untuk berhenti merokok.
“Temuan ini memperkuat bahwa tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok,” pungkas Siegel.