BELITONGEKSPRES.COM - Ketua Umum Lembaga Advokasi dan Pemberdayaan Petani Indonesia, Ton Abdillah Has, menyampaikan dukungannya terhadap rencana pemerintah untuk memanfaatkan hutan sebagai lahan cadangan pangan, energi, dan air. Menurutnya, isu pangan dan energi merupakan tantangan utama yang dihadapi banyak negara, termasuk Indonesia.
"Selama dua dekade terakhir, kita telah menyaksikan lonjakan harga pangan dan energi. Ramalan dari berbagai lembaga internasional menunjukkan potensi krisis di masa mendatang. Oleh karena itu, langkah strategis ini sangat penting untuk keberhasilan masa depan," ujar Ton dalam pernyataan resmi di Jakarta pada hari Senin.
Ton menegaskan bahwa program ketahanan pangan dan energi yang digagas oleh Presiden Prabowo dapat berkontribusi positif terhadap pemulihan hutan di Indonesia. Meskipun secara teoretis luas hutan di Indonesia masih signifikan, dampak negatif dari kegiatan perkebunan, penambangan, dan pembukaan hutan oleh masyarakat pasca-reformasi telah memperburuk kondisi hutan kritis.
"Perlu ada pemetaan ulang dan sinergi antara agenda ketahanan pangan, energi, dan pemulihan hutan. Langkah ini krusial untuk mengatasi masalah yang telah lama ada," ungkapnya.
BACA JUGA:Menteri ESDM: Konsesi Gas di Indonesia Fokus pada Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri
Ia juga menggarisbawahi pentingnya belajar dari pengalaman Brasil, yang sukses memanfaatkan hutan kritis Amazon untuk pertumbuhan ekonomi. Menurut Ton, Indonesia, sebagai negara tropis, dapat meniru Brasil dalam menciptakan peluang ekonomi baru di pedesaan melalui penanaman tanaman pangan dan energi.
"Brasil berhasil meningkatkan jumlah orang kaya baru di daerah pedesaan dan menjadi salah satu produsen etanol terbesar dunia berkat pengembangan tanaman seperti aren, di samping tebu dan jagung. Ini adalah model yang bisa diterapkan di Indonesia," tambahnya.
Ton mengajak pemerintah untuk serius menjalankan visi besar Prabowo dalam program strategis ekonomi bangsa yang dapat mempercepat pemulihan hutan melalui kolaborasi lintas sektor dan melibatkan berbagai pihak, termasuk ahli pertanian, kehutanan, NGO, dan masyarakat.
Sebelumnya, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi sekitar 20 juta hektare hutan yang dapat dimanfaatkan untuk cadangan pangan, energi, dan air. "Tujuan kita bukanlah deforestasi, melainkan menjaga kelestarian hutan sambil mendukung swasembada," jelasnya. (antara)