NU bersama Muhammadiyah memenangkan Indonesia

Rabu 31 Jan 2024 - 21:24 WIB
Oleh: Masuki M. Astro

BACA JUGA:Memetik Hikmah dari

NU, lewat Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri atau Gus Mus menegaskan bahwa organisasi yang didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari itu harus "memenangkan Indonesia", bukan justru memenangkan capres-cawapres tertentu, dengan terlibat dalam aksi dukung mendukung salah satu pasangan, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (01), Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (02), dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md (03).

Sementara Muhammadiyah, lewat Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, beberapa kali menegaskan bahwa organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan itu bersikap netral.

Pilihan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia untuk menjaga jarak yang sama dengan pasangan capres-cawapres, termasuk dengan partai politik, itu sudah sesuai dengan semangat perjuangan dan landasan dari organisasi itu didirikan.

NU dan Muhammadiyah bukan partai politik, meskipun keduanya memiliki kedekatan sejarah dengan partai politik tertentu.

Pilihan untuk netral itu menjadi tepat karena sangat mungkin warga NU akan menentukan pilihan yang berbeda satu dengan lainnya, demikian juga dengan warga Muhammadiyah.

Jika pemimpin tertinggi NU dan Muhammadiyah memihak pada salah satu pasangan capres dan cawapres tertentu, maka hal itu berpotensi menimbulkan gesekan di kalangan sesama warga organisasi tersebut.

BACA JUGA:Investasi gizi pada anak selamatkan masa depan bangsa

BACA JUGA:Perjuangan Guru di Bondowoso Merayu Siswanya Kembali ke Sekolah

Pilihan jargon agar NU lebih memilih "memenangkan Indonesia" dalam pilpres kali ini sangat mendinginkan suasana, di mana menyebar dugaan atau tuduhan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dengan Sekjen Saifullah Yusuf mendukung pasangan capres-cawapres tertentu.

Meskipun sangat mungkin dugaan terhadap dua petinggi PBNU itu benar, setidaknya secara resmi keorganisasian, sampai saat ini tidak pernah ada pernyataan NU mendukung calon tertentu.

Muhammadiyah bukannya steril dari tuduhan memihak atau mendukung pasangan calon tertentu. Hanya saja penegasan berulang dari Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti terkait netralitas organisasi itu membuat isu dukungan menjadi menghilang.

Terkait sikap tidak memihak ke pasangan capres-cawapres manapun, baik NU maupun Muhammadiyah sejatinya mengarahkan warganya untuk mendukung suksesnya pemilihan umum atau pemilu, dengan datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk menggunakan hak suaranya pada 14 Februari mendatang.

Kembali ke sikap NU, lewat Gus Mus, yang mengingatkan untuk "memenangkan Indonesia" itu memiliki makna luas dan mendalam.

Pengurus dan warga NU diingatkan agar tidak larut dalam sikap membabi buta mendukung pasangan capres-cawapres tertentu hingga mengorbankan nilai persaudaraan dengan sesama Nahdliyyin, sesama Muslim, dan sesama warga bangsa.

Pesan itu bermakna, tentu saja bukan hanya untuk warga NU, akan tetapi untuk semua umat, bahkan bagi umat agama di luar Islam, yang hidupnya berada di dalam naungan "Garuda" dan tentunya menikmati hangatnya pelukan dua sayap kanan kiri bernama NU dan Muhammadiyah.

Kategori :