Pasca Lebaran Sejumlah Harga Bahan Pangan Naik, Bapanas Pastikan Stok Selalu Tersedia
Berdasarkan data hasil panel Bapanas, harga bawang merah kini sudah mencapai harga Rp70.000 setelah naik 25 ribu dari harga sebelumnya. -Dok. Bapanas---
BELITONGEKSPRES.COM, JAKARTA - Pada H+11 Lebaran, sejumlah harga bahan pangan mengalami kenaikan. Menurut data dari panel Bapanas, harga bawang merah kini mencapai Rp70.000 setelah mengalami kenaikan sebesar Rp25.000 dari harga sebelumnya.
Selain itu, pasokan beberapa bahan pangan seperti tepung terigu juga diduga mengalami penurunan sebesar 50 persen.
Menyikapi hal ini, Ketua Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) Arief Prasetyo menyatakan bahwa pihak Bapanas terus berupaya untuk memastikan ketersediaan bahan pangan guna mengatasi kenaikan harga tersebut.
“Biasanya kalau ada subsidi itu akan diputuskan dalam rapat internal bersama. Tapi yang jelas, nomor satu adalah ketersediaan. Selama sekarang masih ada beras berarti masih ada yang kerja keras untuk mempersiapkan, selama masih ada gula, kita masih kerja keras,” ujar Arief saat ditemui dalam acara Halal Bihalal yang digelar di Kantor Badan Pangan Nasional pada Kamis, 18 April 2024.
BACA JUGA:Kejagung Tracing Aset Tersangka Harvey Moeis, Terkait Kasus Korupsi Timah
BACA JUGA:Tim Densus 88 Anti Teror Tanggap 7 Teroris Jaringan Jemaah Islamiyah di Sulawesi Tengah
“Kalo untuk terigu sendiri itu komoditas impor, jadi yang harus dijaga adalah suplai, kedatangannya, sama pelakunya. Jadi apabila yang gak lancar kemarin, itu yang harus didorong. Jadi apabila gandum itu tidak masuk berarti ada halangan,” tambah Arief.
Selain itu, gejolak ekonomi global yang dipicu oleh konflik Iran-Israel juga berperan dalam kenaikan harga bahan pangan.
Menyikapi hal ini, Arief menyatakan bahwa pihak Bapanas sedang mempersiapkan berbagai cara alternatif untuk menjaga stabilitas pasokan bahan pangan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah menerima pasokan bahan pangan dari negara lain. Hal ini dilakukan untuk mengatasi dampak kenaikan harga yang dipengaruhi oleh situasi ekonomi global.
“Itu sudah saya komunikasikan ke BUMN di bidang pangan, jadi kita buat jalan alternatifnya. Misalnya kalo daging gak dari Australia aja, sekarang dari India, dari Brazil sekarang udah dibuka. Nanti sapi hidup gak cuma dari satu negara saja, tapi dari berbagai tempat,” pungkas Arief.