Silalahi Ande-ande
--
Desa Silalahi sungguh berbatu. Tidak mungkin menjadi sumber kemakmuran –pun di masa depan. Maka keramba ikan itu masih merupakan sumber penghasilan penting.
Memang keramba bisa mengancam kelangsungan alami Danau Toba. Tapi sebelum ditemukan cara menghapus kemiskinan di pinggirnya rasanya sulit melarangnya.
BACA JUGA:Dosa Pertama
Memang ada sumber penghasilan lain: menenun ulos Silalahi. Saya mampir ke tempat penenunan binaan Pemkab Dairi. Menantu Pak Iskan sangat menikmatinya –lalu menambah koleksi tenun dan ulosnyi.
Tapi tenun tetap sulit mendapat tempat di tengah murahnya produk tekstil modern. Itu hanya bisa dipakai alat bertahan. Tidak bisa dipakai sebagai jalan menuju kemakmuran.
Kalau pun mereka masih tertolong oleh ulos itu karena pegawai Pemkab Dairi wajib seragam ulos Silalahi seminggu sekali.
Kampung Silalahi benar-benar terjepit antara danau dan gunung tebal di belakangnya.
Pemkab Dairi sudah mencoba mencari jalan keluar: menembus isolasi Silalahi dengan cara membangun jalan tembus menuju kabupaten tetangga di kanannya: Kabupaten Samosir.
Anda sudah tahu: Kabupaten Samosir tidak hanya pulau Samosir yang di tengah Danau Toba itu. Kabupaten Samosir juga mencakup wilayah di seberang pulau. Sibea-bea, lokasi patung Yesus tertinggi di dunia, tidak terletak di pulau Samosir, meskipun termasuk Kabupaten Samosir.
Maka Sibea-bea mestinya bisa ditembus dari Silalahi. Sama-sama di pinggir danau. Lokasinya bersebelahan. Sebenarnya Silalahi dan Sibea-bea itu ibarat ''masih jauh di hati tapi dekat di mata''. Hanya perlu jalan tembus di pinggir danau.
Jalan itu sudah dibuat oleh Pemkab Dairi. Sudah sampai di perbatasan Kabupaten Samosir. Tapi pihak Samosir belum membuat jalan tembus untuk menyambut sambungannya itu. Ibarat orang salaman, Dairi sudah mengulurkan tangannya. Hanya belum bersambut.
Tentu suka-suka bupati Samosir untuk menyambutnya atau tidak. Tidak banyak keuntungan didapat Samosir. Tapi bernegara tidak hanya soal untung dan rugi. Gubernur Sumut perlu turun tangan. Gubernur bisa mengoordinasikannya –sambil memberi sedikit dana pembangunannya.
Kalau jalan tembus itu tersambung, Silalahi bisa punya akses lebih baik ke Sibea-bea. Lalu bisa ke bandara Silangit lebih dekat.
Kalau tidak, maka akses keluar Silalahi hanya dua: ke Sidikalang dan ke Simalungun. Ke Sidikalang tidak akan dapat banyak manfaat. Ke Simalungun jauhnya bukan main. Harus menyusuri hampir separo tepian Danau Toba.
Saya menyusuri jalan berliku itu; melingkar-lingkar. Menuju Simalungun. Kadang Toba terlihat di sisi kanan. Indah dan damai. Kadang berubah, Toba terlihat di sisi kiri. Indah dan damai. Kadang Toba seperti persis di pinggir jalan. Indah dan damai. Kadang Toba terlihat seperti nun jauh di bawah sana. Indah dan teduh.