Jumat, 22 Nov 2024
Network
Beranda
Terkini
Babel Raya
Belitong Raya
Beltim Raya
All Sport
Politik
Nasional
Kombis
Disway
Derap Nusantara
Lainnya
Kesehatan
Life Style
Opini
Network
Beranda
Disway
Detail Artikel
Kokkang Ibunda
Reporter:
Dahlan Iskan
|
Editor:
Yudiansyah
|
Kamis , 21 Nov 2024 - 14:32
Dahlan Iskan--
kokkang ibunda saya kembali memutari bumi: berangkat ke arah timur (jakarta-guangzhou-san francisco-new york), pulang dari barat (chicago-istanbul-singapura-jakarta). bandara o'hare belum berubah: sempit, penuh, ruwet, sesak. bukan karena kecil. saking banyaknya penerbangan. terbanyak ketiga setelah new york dan los angeles. bersaing dengan atlanta. kalau malam terlihat lampu pesawat yang mau mendarat seperti berbaris tidak berhenti di udara. begitu mendarat di istanbul, turki, terasa lapangnya. juga modernnya. gemerlapnya. bandara ini, kata slogan di situ, titik pusatnya dunia. klaim yang sama juga direbut dubai, abu dhabi, qatar, singapura, hong kong, dan kelak riyadh. lebih lima jam saya transit di istanbul. tidak akan terasa. apalagi membawa beberapa buku dari amerika. juga baru saja dapat kiriman buku elektronik dari sahabat lama, roy. buku elektronik ini kelihatannya lebih menarik untuk dibaca lebih dulu. penulisnya, saya lebih dari sekadar kenal: wahyu kokkang. bahwa ia menulis buku saja sudah menarik. bagaimana bisa seorang karikaturis terkemuka menulis buku. pasti beda. benar. beda sekali. sangat kreatif. tidak biasa. khas karikaturis. kokkang sudah memenangkan banyak penghargaan internasional. karya karikaturnya juga sering masuk buku koleksi karikatur dunia. kali ini ia sendiri yang menulis buku. judul bukunya hanya dua kata: cerita ibunda. lalu ada sub judul-judulan: "ini ceritaku tentang ibuku dan beberapa cerita ibuku kepadaku". baca juga:bergodo kebogiro isinya: tentang bagaimana kokkang terus merawat ibunya yang sudah berumur 80 tahun, tidak lagi bisa berjalan, sudah sering lupa. untuk itu kokkang sampai meninggalkan pekerjaannya di jawa pos yang mapan. ia pulang kampung ke kaliwungu, dekat semarang, demi ibundanya. di rumah kaliwungu itu mereka hanya berdua –ditemani kursi roda, tempat tidur, lantai, kompor, halaman, pohon-pohon dan sajadah. tiap hari kokkang menyuapi ibundanya, menggendong, memandikan, menceboki, mengipasi dan memberikan hiburan sepanjang hari. kokkang dengan rambut senimannya yang tetap panjang, kini justru terlihat lebih segar. tidak sekurus ketika di jawa pos dulu. begitu lama saya tidak bertemu kokkang. membaca buku ini justru muncul rasa kangen padanya. pada humor-humornya. pada sikap mengalahnya. di buku ini saya bisa banyak melihat foto kokkang bersama ibunya yang lemah. kualitas foto-foto itu sebagus karya karikaturnya. full human interest. ada foto saat-saat mereka berdua di toilet. atau kokkang lagi menyuapi. terlihat juga saat sang ibu sangat bahagia: bisa tertawa lepas. betapa bahagia wajah setua itu masih bisa tertawa begitu alamiyahnya. betapa pintar dan sabar kokkang membahagiakan ibundanya. kadang sebuah buku memang didahului dengan kata sambutan. pun buku kokkang ini. bedanya, kata sambutan di buku ini hanya satu. dari ibundanya sendiri. juga sangat pendek. satu halaman penuh isinya hanya tiga kata: "kowe wis mangan?”. buku cerita ibunda ini berisi 50 bab. tiap bab tidak ada yang lebih satu halaman. bahkan banyak bab yang hanya berisi beberapa baris. lalu disertai foto atau komik. total 120 halaman. membaca buku ini perasaan saya campur aduk –terutama karena ditinggal ibu saat masih sd dan manja-manjanya. kadang air mata berlinang saat melihat kokkang menggendong sang ibu. atau saat menyuapi. dulu tentu sang ibu yang menyuapi kokkang. kadang saya membaca satu bab sampai tiga kali. sebenarnya buku ini sangat lucu. pasti ditulis dengan selera humornya yang tinggi. maka terharu dan tertawa sering datang bergantian. mayoritas babnya ditulis dalam bentuk dialog. misalnya bab pertama yang berjudul 'sarapan' ini: makan pagi, ibu sedang kusuapi. ibu: makan apa ini? aku: tahu dan ayam, nasinya hangat. ibu: ayam opo? (ayam apa?) aku: kiriman kolonel sanders. ibu: sopo iku (siapa itu?) aku: komandan upacara bendera di kecamatan, bu. ibu: oh... dan makan ibu pun jadi banyak. baca juga:critical parah (saya bahagia melihat ibu makan banyak, sebahagia memenangkan olimpiade panjat pinang). sependek dan semenarik itu satu bab di buku ini. kokkang selalu menemukan cara agar ibunya mau makan. juga agar mau keramas. misalnya di bab berjudul keramas ini: waktunya mandi pagi. ibu sudah tiga hari tidak mau keramas. rabutnya sudah bau. harus menemukan cara agar ibu mau keramas. aku: bu, mau nggak pagi ini jadi duta shampoo yang lain lagi. ibu: opo iku (apa itu?) aku: ibu keramas dengan shampoo merek ini nanti dapat duit, bisa untuk membeli daster. ibu: mosok (benar begitu?) aku: iya. daster ibu kan sudah banyak yang amoh (lusuh berlubang). ibu: iyo. aku: makanya ibu keramas, nanti dapat uang dari iklan shampo bisa untuk beli daster yang banyak, baru semua. ibu: yo wis, ayo, aku dikeramasi. setiap kali menemukan cara merayu seperti itu kokkang berdoa: semoga malaikat tidak mencatat kata-katanya itu sebagai kebohongan. tiga jam saya selesaikan buku itu. lewat roy, saya pun mencari nomor teleponnya. lalu mengirim banyak wa padanya. termasuk minta izin mengutip beberapa isi buku untuk tulisan ini. barulah saya mengelilingi lounge business class bandara istanbul ini. begitu luasnya. bandaranya sendiri sudah seperti mal besar. lounge bisnisnya seperti pujasera. bandara singapura juga seperti mal tapi terlalu rapi. kurang terasa dinamis. pun dubai dan hong kong. bandara-bandara baru yang besar di tiongkok juga seperti mal tapi variasinya kurang. di lounge ini tiap jenis masakan disajikan di satu counter. terpencar-pencar. saya kelilingi satu per satu. saya lihat masakannya, cara memasaknya dan mana yang terbanyak disukai penumpang kelas bisnis. setengah jam sendiri. saya belum memutuskan akan mengambil makanan yang mana. saya pun kembali duduk di sofa. saya lihat tas kresek. saya buka kresek itu. saya keluarkan singkong rebus sisa dari chicago. (dahlan iskan)
1
2
3
4
»
Tag
# kokkang ibunda
# catatan dahlan iskan
# dahlan iskan
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Belitong Ekspres 22 November 2024
Berita Terkini
Indonesia Hadapi Darurat Judi Online, Perputaran Uang Rp 900 Triliun, Jumlah Pemain Capai 8,8 Juta Orang
Nasional
2 jam
Bocoran Terbaru Desain iPhone 17, Kamera Tengah yang Bikin Penasaran!
Life Style
2 jam
Karena Ini, 122 Pasien TB di Babel Meninggal Dunia
Babel Raya
2 jam
Meski PPN Naik, Pemerintah Jamin Tak Akan Berdampak pada Daya Beli Masyarakat
Kombis
2 jam
Wapres Gibran Minta Hapus Sistem Zonasi dalam PPDB untuk Memperluas Akses Pendidikan
Nasional
2 jam
Berita Terpopuler
Artis Bintang Pantura Siap Guncang Kampanye Akbar Hendra-Sylpana Hari Ini, Warga Belitung Yuk Merapat!
Politik
14 jam
Resto Nyaman Bekawan Hadir di Beltim: Sajikan Menu Lezat Harga Terjangkau, Gratis Setiap Jumat
Beltim Raya
10 jam
Kokkang Ibunda
Disway
11 jam
Paslon Hendra-Sylpana Siap Menangkan Pilkada Belitung, Vina: Pengalaman Jadi Kunci
Politik
6 jam
Jadi Sponsor Utama: Federal Oil Puas dengan Performa Marc dan Alex Marquez di MotoGP 2024
All Sport
6 jam
Berita Pilihan
Karena Ini, 122 Pasien TB di Babel Meninggal Dunia
Babel Raya
2 jam
Awal Desember Terdakwa Korupsi Lapangan Bola Paal Satu Diadili, Agiok Minta Dibebaskan
Belitong Raya
3 jam
PDI Perjuangan Gelar Bazar Beras Murah di Beltim, 22 Ton Beras Dijual Rp20 Ribu per 5 Kg, Ini Lokasinya
Beltim Raya
3 jam
Profil Belitung Enam Senar: Personil Ansambel Gitar Siap Pukau Konser Jazz De Billitone 2024
Beltim Raya
5 jam
Resto Nyaman Bekawan Hadir di Beltim: Sajikan Menu Lezat Harga Terjangkau, Gratis Setiap Jumat
Beltim Raya
10 jam