MPLS dan Membangun Budaya Sains pada Siswa

Sejumlah guru mengenakan kostum wayang saat menyambut sejumlah pelajar pada hari pertama masuk sekolah di SD Negeri Kaliasin I, Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/7/2024). Hari pertama masuk sekolah, sejumlah pelajar dan tenaga pendidik mengenakan pakaian ad--

Tahun ajaran baru telah dimulai dan sejumlah sekolah kembali menyelenggarakan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), yang bertujuan membantu siswa baru agar lebih cepat beradaptasi di lingkungan baru.

Namun alih-alih menciptakan budaya saintifik dan watak ilmiah, mayoritas MPLS di sekolah yang ada masih identik dengan perpeloncoan dan jauh dari esensi utama dari tujuan MPLS.

Padahal menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi Siswa Baru, prinsip utama dari MPLS adalah mengutamakan pendidikan dan kebermanfaatan, menyenangkan pelajar baru, menanamkan karakter positif, mendorong prinsip keadilan, menjunjung tinggi keselamatan dan kesehatan, mendorong prinsip keadilan, menjunjung tinggi keselamatan dan kesehatan, mendorong partisipasi siswa baru, dan yang terpenting adalah menghilangkan tindak kekerasan.

Bagi siswa baru, MPLS sangat penting untuk mengurangi kecemasan, mengenal sarana dan prasarana sekolah, membangun kekompakan dan kebersamaan, hingga memahami budaya dan nilai sekolah.

BACA JUGA:Memahami Penyelesaian Sengketa dan Penanganan Pelanggaran Pilkada

BACA JUGA:Pentingnya Skrining untuk Deteksi Dini Penyakit

Pendiri dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal menilai MPLS dapat menjadi momentum penting dalam menanamkan budaya saintifik dan perangai ilmiah. Budaya tersebut tidak bisa sekadar dilakukan melalui perubahan kurikulum, tetapi dapat melalui "jalan ketiga" atau jalan akar rumput yang menyasar ke sekolah-sekolah pemerintah atau publik agar cepat menyebar dan membudaya di masyarakat.

"Salah satunya melalui gerakan MPLS yang menyenangkan, yang bertujuan untuk melanjutkan perjalanan perubahan pendidikan Indonesia melalui gerakan akar rumput," kata Rizal.

Budaya saintifik dan watak ilmiah jangan hanya slogan dan bersifat formalistik. Berbagai negara maju seperti, Amerika, Eropa, Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapura, dan sebentar lagi India, melesat menjadi negara adidaya di bidang inovasi teknologi dan industri karena keseriusan mereka di dalam membangun budaya sains melalui dunia pendidikan.

"Sains dapat menjadi kerangka utama bagaimana evidence based policy dilahirkan yang mendasari terbangunnya budaya meritokrasi dan integritas di bangsa mereka," imbuh dia.

BACA JUGA:Menjaga Keberlanjutan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia

BACA JUGA:Perlu Kecermatan Merangkai Regulasi BBM Subsidi

Menyadari hal itu, sejak 2023 pihaknya memprakarsai gerakan aksi MPLS Menyenangkan yang mengangkat tema, “Membangun Budaya Meraki (Cinta, Jiwa, dan Kreativitas) yang diikuti oleh 1.125 sekolah di tanah air.

Pihaknya kembali menyelenggarakan gerakan aksi MPLS Menyenangkan dengan tema baru yakni, “Membangun Budaya Dialogis dan Interaksi melalui Ruang Ketiga”. Ruang ketiga bertujuan untuk membangun budaya ilmiah serta kesadaran kritis dalam menghadapi berbagai persoalan dan berbagai krisis di masa depan, termasuk potensi hilangnya nilai-nilai kemanusiaan akibat revolusi AI.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan