Pesan Penting dari World Water Forum Bali
Wakil Sekretaris Jenderal Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) Armida Alisjahbana (dua dari kiri) dalam konferensi pers di sela-sela acara World Water Forum ke-10 yang digelar di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (21/5/2024). (ANTARA/--
JAKARTA - Di tengah prediksi kekeringan yang akan berdampak pada 500 juta petani kecil pada tahun 2050, dunia harus menghadapi kenyataan bahwa hanya 1 persen air di Bumi ini yang dapat diakses untuk dikonsumsi manusia.
Maka tak berlebihan jika ada ungkapan, "Tanpa air tiada kehidupan, tiada pertumbuhan", no water no life, no growth.
Selain itu, semua paham bahwa air adalah sumber kehidupan, simbol keseimbangan dan keharmonisan, baik kelangkaan maupun kelebihannya, dapat menimbulkan sumber bencana.
Too much water maupun too little water bisa menjadi masalah bagi seluruh umat manusia di Bumi ini.
Banyak fakta yang membawa pada sebuah kesimpulan bahwa air harus dikelola dengan sangat baik karena setiap tetesnya amat sangat berharga.
Setidaknya pesan itulah yang ingin disampaikan dalam ajang "10th World Water Forum" yang digelar di Bali pada 18-25 Mei 2024.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum ke-10 itu, Presiden Joko widodo (Jokowi) menyerukan kepada para pemimpin dunia dan pemangku kepentingan global untuk memperkuat kolaborasi dalam mengelola sumber daya air secara berkelanjutan.
BACA JUGA:Perempuan Penjaga Harmonisasi Alam dari Dayak Iban
BACA JUGA:Pesantren di Tengah 'Perang Narasi' Era Digital
Bagi bangsa Indonesia sendiri, penghormatan terhadap air sudah menjadi napas keseharian sejak zaman nenek moyang.
Kearifan lokal dalam hal tata kelola air yang bijak telah ada sejak dahulu kala, bahkan, di Bali, misalnya, terlembagakan dalam sistem irigasi Subak yang telah berlangsung sejak abad 11.
Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udaya Prof I Gde Pitana mengatakan Subak bukan semata untuk mendukung irigasi lahan atau sawah yang menghasilkan pangan.
Lebih dari itu, Subak merupakan sistem budaya yang menanamkan nilai-nilai spiritual dan budaya yang sangat penting bagi sebuah keberlanjutan hidrologis.
Wajar jika kekuatan budaya dengan nilai-nilai yang tinggi terkait dengan pelestarian air menjadi daya tarik pariwisata yang unik.