'Gerbong' Baru Prabowo/Gibran dan Pentingnya Oposisi

Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kanan) berangkulan usai pertemuan di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (25/--

JAKARTA - Dulu kontra, sekarang pro. Dahulu ingin perubahan, sekarang ingin pertahankan. Kemarin berseberangan, sekarang jabat tangan.

Perubahan drastis sikap beberapa partai politik itu terbaca jelas setelah Mahkamah Konstitusi pada 22 April 2022 menolak permohonan yang diajukan pasangan calon presiden/wakil presiden Anies Rasyid Baswedan/Muhaimin Iskandar (nomor urut 1) dan duet capres/cawapres Ganjar Pranowo/Mahmud Md. (nomor urut 3) dalam sengketa Pilpres 2024.

Dalam jagat politik praktis, perubahan sikap tersebut merupakan kelaziman karena ujung dari pergulatan politik adalah kepentingan. Sikap adalah fungsi kepentingan.

Oleh karena itu, satu demi satu partai politik yang dalam Pilpres 2024 menjadi lawan duet Prabowo Subianto/Gibran Rakabuming Raka, belakangan mulai merapat ke pasangan nomor urut 2 ini.

Tidak terlalu penting siapa yang lebih dulu berinisiatif untuk berkoalisi. Yang hampir dipastikan, Prabowo Subianto/Gibran Rakabuming Raka -- setelah ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih -- hampir dipastikan bakal mendapat tambahan "gerbong" baru.

BACA JUGA:Tekad Kejaksaan Agung Menuntaskan Kasus Megakorupsi Timah

BACA JUGA:Memberdayakan Kaum Perempuan Marginal Melalui Pendidikan Alternatif

Tentu ini menjadi tambahan energi bagi Prabowo/Gibran. Makin banyak dukungan partai politik akan memudahkan legislatif dan eksekutif bersinergi dalam mengeksekusi program-program yang dijanjikan selama kampanye.

Koalisi Indonesia Maju sebagai pengusung Prabowo/Gibran terdiri atas Partai Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, serta partai yang tak lolos ambang batas parlemen: PSI, Gelora, dan Garuda.

Pergerakan partai yang masuk ke barisan pemerintah yang akan datang paling terlihat dari kubu Koalisi Perubahan.

Mereka yang dahulu mendukung Anies Baswedan/Muhaimin Iskandar, perlahan merapat ke Prabowo. Kedua partai itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai NasDem.

NasDem dan PKB mencoba lebih realistis dengan menurunkan ego yang tercipta selama pemilu. Apalagi kedua partai ini memang tidak berpengalaman di luar pemerintahan.

Menyatunya dua partai itu ke kubu pemerintahan yang akan datang diharapkan dapat menjadi momentum untuk menyudahi gesekan di tengah masyarakat.

Gestur politik kedua partai itu sebenarnya sudah tercium jauh sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Prabowo/Gibran tidak melakukan pelanggaran pemilu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan