Selamate’ Bahase Belitong!
Berbagai Macam Bahasa Belitong pada Festival Bahase Belitong I di Museum Kata Andrea Hirata-Istimewa-
BELITONGEKSPRES.COM - Festival Bahase Belitong I di Museum Kata Andrea Hirata membuat penulis tersentak. Kegiatan yang berlangsung pada 26 September 2025 ini bukan hanya dihadiri oleh pengunjung lokal, tetapi juga dari berbagai daerah di luar Pulau Belitung, seperti Jakarta dan sekitarnya.
Namun, bukan itu yang menjadi bagian plot twist-nya. Kehadiran Pak Cik Andrea Hirata pada momen kali ini bagai menemukan “buntat” (mustika) di tengah hutan. Langka! Penulis international best seller “Laskar Pelangi” ini akhirnya menampakkan diri dan unjuk gigi di event ini. Dalam festival ini, beliau juga menyanyikan beberapa lagu, termasuk lagu berjudul “The Drama of Satam Stone” bersama Silvy.
Sebagai orang asli Belitong dan tokoh literasi nasional hingga internasional, Andrea Hirata mengajak bertapa pentingnya menjaga dan melestarikan bahasa Melayu Belitong. Menurut beliau, ada ratusan kata bahasa Belitong yang hampir punah dan jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kampanye ini giat beliau lakukan sejak tahun 2023 di media sosial @hirataandrea dengan postingan pertamanya yang berjudul “SAVE MELAYU BELITONG LANGUANGE” (16/09/2023).
Dalam sesi kuis pada Festival Bahase Belitong I, beliau juga menanyakan beberapa istilah atau kata bahasa Belitong kepada pengunjung dan undangan yang berasal dari Pulau Belitung sendiri. Dan tepat! Banyak mereka tidak kenal dan tahu dengan kata-kata dari bahasa Belitong itu. Misalnya, melipe, ribit, serenyit, hingga hademat.
BACA JUGA:Afirmasi Kebijakan Penghapusan Pajak Usaha Kecil bagi UMKM
Dalam festival ini, dipentaskan pula kisah dari cerpen berjudul “Kemarau” karya Andrea Hirata yang telah dipublikasikan di media nasional Kompas tahun 2010. Pementasan dengan bahasa Belitong ini juga ditafsirkan ke bahasa Indonesia dari Andrea Hirata. Mengingat, ada beberapa pengunjung yang bukan berasal dari Pulau Belitung.
Ditanya dari Andrea Hirata kepada mereka (turis luar Pulau Belitung), “Berapa persentase bahasa Belitong yang dimengerti dari pementasan yang sudah ditampilkan?” Jawabannya bervariasi, ada yang 25% hingga ada yang sampai 35% mengerti bahasa Melayu Belitong.
Eksistensi festival ini tak lepas dari unsur sosiologisnya. Karena “bahasa” bukan hanya sebagai unsur untuk berkomunikasi bagi manusia. Namun juga unsur yang mempererat keberadaan suatu kelompok yang memiliki kesamaan bahasa, sehingga membentuk dan membangun jati diri dengan filosofis etnisnya. Termasuk pula bahasa Melayu.
Sekilas Bahasa Melayu
Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa utama di dunia yang termasuk dalam kelompok bahasa Melayuik dari rumpun bahasa Austronesia (Clynes & Deterding, 2011; Blagden, 1917).
Bahasa ini digunakan oleh masyarakat Melayu di berbagai wilayah Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura, Thailand selatan, Filipina, Sumatra, Kepulauan Riau, dan sebagian pesisir Kalimantan (Quar et al., 2008; Clynes & Deterding, 2011). Termasuk juga di Pulau Belitung.
Maka dari itu, ada bahasa Melayu yang mengalami asimilasi menjadi bahasa daerah setempat, dan ada yang mengalami akulturasi, yakni perpaduan dengan bahasa setempat. Termasuklah menjadi bahasa Melayu Belitong, karena berada di Pulau Belitung (Belitong) dan memiliki perbedaan khas dari bahasa Melayu lainnya.
Bahasa Melayu ini memiliki banyak dialek dan variasi lokal, namun tetap memiliki inti yang sama, baik dalam bentuk standar maupun ragam sehari-hari (Clynes & Deterding, 2011; Adelaar, 2017). Selain sebagai alat komunikasi, Bahasa Melayu menjadi simbol identitas, pemersatu bangsa, dan sarana pelestarian budaya di negara-negara yang menggunakannya (Mohamad et al., 2022; Othman et al., 2022).