Bitcoin dan Zero-Sum Game, Perdebatan Lama Kembali Mengemuka di 2025

BELITONGEKSPRES.COM - Perdebatan seputar konsep zero-sum game dalam Bitcoin kembali mengemuka di tahun 2025. Isu ini mencuat setelah investor muda asal Indonesia, Sulianto Indria Putra, mengunggah pernyataan kontroversial di akun Instagram-nya.

Ia menyebut bahwa Bitcoin merupakan sebuah zero-sum game dalam konteks keuangan dan investasi—sebuah pandangan yang mengundang diskusi luas di kalangan pelaku pasar kripto.

Menurut Sulianto, keuntungan yang diperoleh para holder Bitcoin berasal dari kerugian yang dialami oleh pemilik aset berbasis fiat atau mata uang konvensional.

Hal ini, menurutnya, selaras dengan sejarah awal Bitcoin yang hadir sebagai respons terhadap ketidaksempurnaan sistem keuangan tradisional.

Namun, apa sebenarnya arti zero-sum game dan bagaimana kaitannya dengan Bitcoin?

BACA JUGA:Investasi Jadi Gaya Hidup? Ini Bahayanya Kalau Hanya Ikut Tren

Apa Itu Zero-Sum Game?

Dalam dunia ekonomi, zero-sum game menggambarkan situasi di mana keuntungan satu pihak otomatis berarti kerugian pihak lain dalam jumlah yang sama.

Tidak ada penambahan nilai total dalam sistem; yang terjadi hanyalah perpindahan. Misalnya, jika satu orang mendapat keuntungan Rp10 juta, berarti orang lain kehilangan Rp10 juta.

Konsep ini umum dijumpai dalam aktivitas spekulatif, termasuk perdagangan aset kripto seperti Bitcoin. Ketika seseorang menjual Bitcoin dengan harga tinggi dan mendapatkan keuntungan, maka pihak yang membeli di harga tersebut berisiko merugi jika harga kembali turun.

Sederhananya, bayangkan ada sebuah kue utuh di atas meja. Jika satu orang mengambil potongan besar, sisanya menjadi lebih sedikit untuk yang lain. Total kue tidak bertambah, hanya dibagi ulang.

BACA JUGA:Tren Investasi Anak Muda: Cuan, Gengsi, atau Sekadar Ikut-Ikutan?

Trading Bitcoin: Zero-Sum Game dalam Praktik

Jika melihat Bitcoin dari sisi trading jangka pendek atau instrumen derivatif seperti futures dan margin trading, maka konsep zero-sum game sangat relevan.