Membangun Timnas Putri Indonesia Lewat 'Tangan Besi' Satoru Mochizuki

Ketua Umum PSSI Erick Thohir (kiri) bersama dengan pelatih timnas putri Indonesia Satoru Mochizuki (kanan) dalam konferensi pers penandatanganan kontrak kesepakatan yang berlangsung di Menara Danareksa, Jakarta, Selasa (20/02/2024). (ANTARA/FAJAR SATRIYO)--

Setahun berselang dengan membawa status jawara Piala Dunia, Jepang melaju ke babak final Olimpiade 2012 London. Sayangnya, tim asuhan Mochizuki hanya mampu membawa medali perak Olimpiade London 2012 seusai takluk dengan skor 1-2 dari Kanada di partai final.

Gelaran Olimpiade London 2012 juga menjadi akhir kepelatihan Mochizuki di timnas Jepang. Mochizuki lalu melanjutkan kiprahnya melatih Japan Women's Universade atau tim nasional putri mahasiswa Jepang. Tim ini merupakan tim nasional yang dibentuk dari para pemain di kalangan universitas yang nantinya akan berkiprah di gelaran FISU World University Games.

Selama menahkodai tim nasional putri universitas Jepang, Mochizuki tercatat telah ikut serta sebanyak tiga kali di gelaran FISU World University Games. Keikutsertaan pertamanya berlangsung pada tahun 2015 lalu berlanjut pada 2017 dan terakhir pada 2019.

Mochizuki kini juga tercatat sebagai pelatih berlisensi AFC A yang diperolehnya saat mengikuti kursus kepelatihan yang berlangsung di Taiwan pada 2023 lalu.  Sebelumnya ia telah mengantongi lisensi kepelatihan JFA B (pada 2005) dan JFA A (pada 2014).

BACA JUGA:Ikhtiar TNI mencerdaskan anak-anak di Kota Seribu Papan

BACA JUGA:Pemilih Cerdas, Menentukan Arah Masa Depan Indonesia

Mochizuki yang kini menangani tim Merah Putih, dihadapkan pada kepingan puzzle sepak bola putri Indonesia. Ia harus menyatukan para pemain dari kompetisi akar rumput dan para pemain yang kini telah meniti karir di luar negeri.

Sejumlah pemain timnas putri Indonesia yang tengah meniti karier di luar negeri, antara lain Helsya Maeisyaroh, Sheva Imut, dan Shafira Ika yang memperkuat klub divisi empat Jepang, FC Ryukyu Ladies. Kemudian, Fani Supriyanto yang membela klub divisi satu Liga Putri Arab Saudi, Al Hammah.

"Ini tantangan besar bagi saya, tapi saya sangat menantikan melatih tim nasional wanita Indonesia. Saya ingin memeriksa potensi dan tingkat individu pemain tim nasional wanita," kata Mochizuki dalam konferensi pers.

"Saya memiliki penglihatan jangka panjang. Di masa mendatang, saya mencoba membangun tim putri Indonesia di tingkat standar dunia," tambahnya.

Projek jangka panjang

PSSI tengah menyusun cetak biru kompetisi putri dari usia muda, sebelum menggulirkan Liga 1 putri. Cetak biru tersebut disusun untuk projek jangka panjang selam sepuluh tahun yang ditargetkan membawa Srikandi Indonesia lolos ke Piala Dunia 2035.

BACA JUGA:Menanti Pembangunan Simbol Kemajuan Indonesia Pada 2045

BACA JUGA:Tantangan Pengiriman Logistik Pemilu jadi Penyemangat KPU Papua

"Tadi kita (dengan Satoru Mochizuki) sudah bersepakat membuat cetak biru (sepak bola putri) untuk 10 tahun. Tadinya saya bicara lima tahun, tapi pelatih bilang enggak, dia mau sepuluh tahun. Inilah yang kita namakan tentu keberlanjutan ini penting, program ini kita akan jalankan secara serius," kata Erick Thohir.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan