Rosan Roeslani Tekankan Pentingnya Merancang Kawasan Industri Indonesia Menuju Net Zero Emissions
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani (tengah) dalam sesi panel di World Economic Forum (WEF) bertajuk Industrial Clusters as Energy Pioneers di Davos, Swiss, Rabu (22/1/2025)-BKPM/aa-ANTARA/HO
BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menekankan pentingnya merancang kawasan industri di Indonesia dengan tujuan mencapai karbon bersih atau Net Zero Emissions (NZE).
Pernyataan ini disampaikan dalam sesi panel di World Economic Forum (WEF) pada 22 Januari 2025 di Davos, Swiss, yang membahas peran klaster industri dalam mendorong penggunaan energi bersih.
Rosan menyebutkan bahwa Indonesia terus mengajak perusahaan, baik yang lokal maupun asing, untuk menjadikan keberlanjutan sebagai prioritas utama dalam setiap proyek industri yang mereka jalankan.
“Kami berkomitmen untuk mendorong seluruh sektor industri menuju masa depan yang lebih hijau,” ujar Rosan, yang menekankan pentingnya penggunaan energi bersih dalam proses produksi.
BACA JUGA:Polri Ingatkan Masyarakat Waspada Penipuan Online dengan Modus Investasi Cryptocurrency
BACA JUGA:Tingkatkan Kapasitas Penerbangan, Garuda Indonesia Tambah 1 Armada Narrow Body
Dalam diskusinya, Rosan menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki beberapa klaster industri terintegrasi yang mengonsumsi energi sekitar 4,5 gigawatt (GW). Untuk itu, pemerintah berencana menambah pasokan energi hijau sebesar 2,5 GW, menjadikan total kebutuhan energi di klaster-klaster tersebut mencapai 6,6 GW dengan 100% energi bersih.
Rosan juga menyoroti betapa pentingnya pendekatan berbasis klaster industri dalam menciptakan ekosistem yang berkelanjutan. Salah satu contoh adalah klaster industri nikel di Indonesia, di mana seluruh rantai pasoknya mulai dari produksi hingga daur ulang baterai kendaraan listrik terintegrasi dalam satu lokasi yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Indonesia juga memiliki potensi besar dalam sumber energi terbarukan, dengan cadangan terbesar dunia untuk energi panas bumi, terutama di wilayah Jawa dan Sumatra. Namun, Rosan mengungkapkan bahwa saat ini pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia masih sangat rendah, kurang dari 1% dari potensi total 3.700 GW, memberikan peluang besar bagi pengembangan di masa depan.
Melalui pendekatan ini, Indonesia berharap dapat mempercepat transisi energi dan mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin dalam pembangunan industri yang berkelanjutan di kawasan Asia. (antara)