Memacu Pendidikan Digital di Sekolah
Dua siswa mengikuti pembelajaran coding berbasis Arduino pada pameran karya siswa di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (2/5/2025). Pameran karya siswa yang digelar pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 tersebut untuk mendorong semangat belajar agar me-Budi Candra Setya/nym-ANTARA FOTO
Dengan integrasi ini, siswa Indonesia diharapkan dapat bersaing di kancah global dan berkontribusi pada daya saing bangsa, selama ini paling tidak ada tiga model pembelajaran yaitu, internet based, plugged, dan unplugged.
Strategi pembelajaran yang efektif terkait dengan coding dan kecerdasan buatan akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar pada tahun pelajaran 2025-2026. Fokus utama kegiatan ini adalah untuk memberikan keterampilan abad 21 kepada anak-anak, terutama keterampilan yang mendukung penguasaan teknologi digital seperti coding dan AI. Dengan demikian, diharapkan dapat memperkuat keterampilan kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital, yang sangat dibutuhkan di dunia kerja digital saat ini.
Pengajaran coding dan AI di SD mesti harus hati-hati. Menurut para ahli perkembangan di laman Ask Dr Sears, otak remaja, terutama prefrontal cortex yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan rasional dan pengendalian impuls, belum sepenuhnya berkembang pada masa remaja.
Pada tingkat SD, pendekatan berbasis permainan dan pembelajaran unplugged (tidak menggunakan perangkat digital) dapat digunakan untuk mengenalkan dasar-dasar berpikir komputasional. Di tingkat SMP, pembelajaran lebih diarahkan pada pemrograman berbasis blok, eksplorasi algoritma sederhana, dan pengenalan konsep kecerdasan artifisial (KA) dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Membangun Ekosistem Produksi Singkong dan Momentum Kemandirian Pangan
Sementara di SMA dan SMK, peserta didik mulai diperkenalkan pada pemrograman berbasis teks, konsep machine learning, serta aplikasi KA dalam berbagai bidang industri.
Dengan pendekatan yang bertahap dan kontekstual, diharapkan peserta didik tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam projek nyata yang dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan problem solving mereka.
Integrasi coding dan kecerdasan artifisial dalam pendidikan tidak hanya meningkatkan literasi digital dan kemampuan penyelesaian masalah, tetapi juga mengajarkan berbagai keterampilan esensial yang mencakup berpikir komputasional, analisis data, algoritma pemrograman, etika, humancentered mindset, design system, dan teknik KA.
Berpikir komputasional mengajarkan peserta didik untuk pendahuluan pembelajaran coding dan kecerdasan artifisial menyelesaikan masalah secara sistematis dan efisien. Komponen berpikir komputasional terdiri dari proses dekomposisi (memecah masalah besar menjadi bagian kecil), pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma membantu peserta didik memahami dan menangani tantangan digital.
Literasi digital bukan hanya tentang menggunakan teknologi, tetapi juga tentang memahami bagaimana teknologi bekerja dan dampaknya. Analisis data dapat membangun kemampuan menganalisis data yang memungkinkan peserta didik memahami informasi yang mereka temui sehari-hari dan membuat keputusan berbasis data.
BACA JUGA:Perjudian Donald Trump di Iran yang Membahayakan Dunia
Algoritma pemrograman mengajarkan peserta didik bagaimana menyusun struktur logis untuk menyelesaikan masalah menggunakan algoritma yang efisien. Human Centered Mindset memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa teknologi bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga bagaimana teknologi dapat memberikan manfaat kepada manusia dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan emosional.
Etika KA memberikan pendidikan pada peserta didik bahwa dengan perkembangan KA yang pesat, peserta didik perlu memahami implikasi etis dari teknologi KA tersebut. Desain sistem KA (AI Design System) berfokus pada bagaimana membangun arsitektur yang optimal dari pengumpulan data hingga implementasi KA.
Teknik dan aplikasi KA (AI Techniques and Application) memberikan panduan penerapan perangkat lunak KA dengan melibatkan berbagai metode yang digunakan dalam pengembangan kecerdasan artifisial.
Urgensi integrasi coding dan KA dalam pendidikan makin meningkat seiring dengan perkembangan Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0, yang menuntut sumber daya manusia unggul dengan pemahaman dan keterampilan digital yang kuat.