Mendikdasmen: Guru Sekolah Rakyat Mundur Bukan karena Upah, tapi Masalah Jarak Domisili
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti melakukan tanya jawab dengan media usai kegiatan Rakornas Pembentukan Karakter Anak Bangsa melalui Efektivitas Penerapan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama pada Satuan Pendidikan RA, -Hana Kinarinaz-ANTARA
BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti menegaskan bahwa pengunduran diri ratusan guru Sekolah Rakyat bukan dipicu oleh isu upah atau insentif, melainkan lebih kepada faktor jarak domisili yang terlalu jauh dari lokasi tugas.
“Sebagian besar guru yang mengundurkan diri itu karena domisilinya jauh. Selain itu, mungkin ada alasan pribadi lainnya,” ujar Abdul Mu'ti usai menghadiri Rakornas Pendidikan Karakter Anak Bangsa di Jakarta, Kamis 31 Juli.
Menurutnya, persoalan ini sudah dilaporkan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto, dan telah ditindaklanjuti dengan langkah penggantian guru yang mundur. “Sudah kami laporkan ke Pak Presiden. Penggantinya juga sudah disiapkan, jadi tidak ada masalah,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Menteri Sosial Saifullah Yusuf. Ia menyebutkan bahwa sebanyak 140 dari lebih dari 1.500 guru Sekolah Rakyat yang telah ditempatkan memilih mundur karena lokasi penempatan yang terlalu jauh dari tempat tinggal. Namun, pemerintah telah menyiapkan lebih dari 50.000 guru yang siap mengisi kekosongan.
BACA JUGA:Mensos Tegaskan Guru yang Mundur Berasal dari Sekolah Rakyat yang Belum Beroperasi
BACA JUGA:160 Guru Sekolah Rakyat Ramai-Ramai Mundur, Ada Apa?
“Jumlah guru yang telah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan belum mendapatkan penempatan cukup besar. Mereka siap menggantikan posisi guru yang mundur,” kata Saifullah Yusuf.
Pemerintah memastikan bahwa rotasi ini tidak akan mengganggu program Sekolah Rakyat. Proses penggantian dilakukan secara terstruktur dengan memperhatikan kualifikasi dan kesiapan guru pengganti. (ant)