Lintang Jadi Lokasi Konservasi Tarsius dan Lutung Putih, TCI Dorong Ekowisata Berbasis Spesies Langka
Ade Afrilian Saputra, Project Manager Program SOLUSI dari Tarsius Center Indonesia-Muchlis Ilham/BE-
MANGGAR, BELITONGEKSPRES.COM – Desa Lintang di Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur (Beltim), ternyata menyimpan potensi luar biasa.
Selain memiliki keindahan alam yang asri, kawasan ini juga menjadi habitat penting dua satwa langka endemik Pulau Belitung. Yaitu Tarsius Belitung (Cephalopachus bancanus saltator) dan Lutung Putih (Trachypithecus cristatus).
Melihat pentingnya kelestarian kedua spesies tersebut, Yayasan Tarsius Center Indonesia (TCI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Rencana Pengelolaan Tarsius dan Lutung Putih bersama para pemangku kepentingan Kabupaten Beltim di Guest Hotel Manggar, Selasa (21/10/2025).
FGD ini menjadi wadah kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat untuk merumuskan strategi pelestarian habitat sekaligus membuka peluang pengembangan ekowisata berbasis konservasi.
BACA JUGA:Yayasan TCI Gelar FGD Rencana Pengelolaan Tarsius dan Lutung Putih di Desa Lintang
“Kita ingin merumuskan pengelolaan yang tepat, bukan hanya untuk melindungi spesiesnya, tapi juga agar masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari keberadaan mereka,” ujar Ade Afrilian Saputra, Project Manager Program SOLUSI dari Tarsius Center Indonesia.
Menurut Ade, kegiatan ini juga merupakan bagian dari Program SOLUSI (Pengelolaan Lanskap Darat dan Laut Terpadu di Indonesia), sebuah inisiatif kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Bappenas dengan Pemerintah Jerman melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Nuklir Jerman (BMUV), yang didanai oleh International Climate Initiative (IKI).
“Kami bekerja di bawah koordinasi Yayasan Kehati sebagai pelaksana lokal di Belitung dan Belitung Timur. Fokusnya menjaga keseimbangan ekosistem darat dan laut, agar masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan iklim,” jelasnya.
Populasi Masih Ada, Tapi Ancaman Meningkat
Dari hasil survei lapangan selama 10 hari, peneliti menemukan bahwa populasi Tarsius dan Lutung Putih di kawasan hutan Desa Lintang masih cukup banyak. Namun, tekanan terhadap habitat semakin besar akibat aktivitas pembukaan lahan, perluasan kebun, hingga penambangan timah.
BACA JUGA:LSM Desak DPRD Beltim Gelar RDP Soal Izin Pelabuhan, Dugaan Pelanggaran Kian Menguat
“Populasinya masih sering terlihat. Bahkan dalam satu kawanan Lutung Putih yang ditemukan ada sekitar 23 ekor, dan 9 di antaranya berwarna putih—jumlah yang cukup tinggi dibandingkan wilayah lain,” ungkap Ade.
Kondisi ini menjadikan Lintang sebagai salah satu kawasan penting konservasi di Pulau Belitung. Selain bernilai ekologis tinggi, keberadaan spesies langka ini juga berpotensi dikembangkan menjadi daya tarik ekowisata baru yang berbasis pada pelestarian lingkungan.
“Keunikan Lutung Putih dan Tarsius bisa menjadi magnet wisata alam sekaligus media edukasi bagi masyarakat dan pelajar. Dengan pendekatan konservasi, ini bisa menjadi contoh pembangunan berkelanjutan di Belitung Timur,” tambahnya.