Masalah sampah plastik di Tanah Air merupakan perkara serius yang mempengaruhi lingkungan, kesehatan masyarakat hingga keberlanjutan ekosistem, dan menjadi isu besar yang memberi dampak pada kehidupan generasi mendatang.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdapat 69 juta ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia sepanjang 2022 dengan 18,2 persen atau 12,5 juta ton adalah sampah plastik, dan tidak sedikit dari jutaan ton sampah plastik itu berakhir menumpuk begitu saja dan terus meningkat setiap tahunnya.
Melihat permasalahan tersebut, Matori (49) warga dari desa Balongan, Kecamatan Balongan, Indramayu berupaya andil dalam upaya penanganan sampah di wilayah tempat tinggalnya. Sejak tahun 2019 Mamat panggilan Akrab Matori menginisasi pembentukan kelompok Wilayah Masyarakat Pengelola Daur Ulang Sampah (Wiralodra) yang berfokus mengolah sampah yang mereka kumpulkan dari rumah warga untuk dijadikan pakan budidaya maggot dan menjual sampah plastik ke pengepul yang ada di desa sebelah.
Seiring berjalannya waktu, Mamat membawa Kelompok Wiralodra berkolaborasi dengan komunitas Teman Istimewa dan mulai fokus untuk mengolah sampah plastik. Bersama komunitas tersebut, Mamat mempelajari berbagai jenis sampah plastik yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai macam kerajinan, sehingga mereka berhasil membuat alat untuk memasak sampah plastik yang diolah menjadi sebuah plakat dan laku dijual.
BACA JUGA:Atasi Judi Online, Kemkomdigi Intensifkan Patroli Siber
BACA JUGA:Staf Ahli: Kasus Stunting di Bangka Mampu Dituntaskan
Jenis sampah plastik HDPE dan PET seperti tutup botol, helm bekas, ember bekas biasanya akan dilebur dan dicetak menjadi lembaran papan plastik yang menghasilkan motif warna-warni yang abstrak dan akan lebih bernilai seni apabila diolah menjadi kerajinan.
Proses pengolahan kerajinan dari sampah plastik tersebut biasanya dimulai dari memisahkan jenis sampah, warna dan ukurannya, setelah sampah itu dipilah, lalu dicacah menggunakan mesin pencacah hingga berukuran kecil supaya dalam proses memasak akan lebih mudah melebur.
Setelah itu hasil cacahan sampah plastik dimasak menggunakan kompor berbahan bakar minyak jelantah limbah dari rumah tangga, selayaknya memasak dodol, cacahan sampah plastik dimasak dan terus diaduk-aduk kurang lebih sekitar 2 jam hingga menghasilkan adonan dengan kualitas yang bagus.
Adonan tersebut akan dicetak ke dalam mesin cetakan (molding) sampai membeku dan menghasilkan lembaran olahan plastik dengan warna abstrak dan siap digunakan untuk bahan dasar pembuatan kerajinan.
BACA JUGA:Polda Babel Hijaukan 50 Hektar Lahan Tidur, Dukung Program Asta Cita Presiden
BACA JUGA:Optimalkan Informasi Publik, Babel Manfaatkan Portal Terintegrasi