Setiap presiden mewariskan cerita tersendiri yang akan terus dikenang sepanjang masa oleh masyarakat.
Presiden pertama RI Soekarno mewariskan cerita sebagai presiden yang dikenal luas di dunia internasional karena keberadaannya. KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mewariskan cerita tentang pengayoman pada kelompok minoritas. Gus Dur kemudian dikenal sebagai tokoh pluralitas. Demikian juga dengan mantan-mantan presiden lainnya.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang akan menyerahkan kepemimpinannya kepada Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024 juga akan meninggalkan warisan cerita kepada generasi penerus bangsa ini.
Selain pembangunan infrastruktur, khususnya jalan tol yang tidak hanya membentang dari Jakarta hingga ke Banyuwangi (Jawa Timur), tetapi juga di Papua dan Sumatera serta pulau-pulau lainnya. Pria asal Solo itu juga mewariskan sesuatu yang tak benda, yang akan dikenang sepanjang masa.
BACA JUGA:Peran Gen Z di Pilkada Belitung 2024: Dari Teknologi ke Etika Digital
Persahabatan antara Jokowi dengan Prabowo Subianto yang dua kali pernah menjadi rival dalam pemilihan umum presiden (pilpres), yakni pada 2014 dan 2019, adalah warisan sekaligus menjadi monumen tentang praktik demokrasi yang tidak menyisakan dendam.
Warisan itu terbangun setelah Jokowi yang berpasangan KH Maruf Amin menang dalam Pilpres 2019 mengungguli pasangan Prabowo Subianto dengan Sandiaga Salahuddin Uno.
Bukannya bermusuhan, Prabowo justru menjadi pendukung pemerintahan Presiden Jokowi dengan menjadi Menteri Pertahanan. Setelah itu, Sandiaga Uno juga bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju dengan menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pilihan Prabowo untuk bergabung dengan mantan rivalnya itu, tentu bukan menjadi kabar baik bagi mereka yang selama ini tidak suka dengan Jokowi. Begitulah politik yang tidak mungkin mampu memuaskan semua orang.
BACA JUGA:Indonesia Membangun Warisan Energi Bersih
Fenomena masuknya Prabowo Subianto menjadi menteri dalam kabinet yang dipimpin oleh Jokowi itu merupakan yang pertama dalam sejarah Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Dua tokoh yang selama dua kali berturut-turut berlaga dan bersaing seru dalam pemilihan umum, kemudian bersatu.
Bersedianya Jokowi menerima Prabowo menjadi menteri dan bersedianya pula Prabowo untuk mendukung pemerintahan Jokowi, menunjukkan jiwa besar keduanya. Jokowi dan Prabowo menunjukkan bahwa mereka bukan hanya politikus, melainkan negarawan yang telah selesai dengan gejolak jiwanya sendiri.
Kita semua tahu bahwa saat kampanye pilpres selama dua kali, antara Jokowi dengan Prabowo pasti pernah saling "menyerang" satu sama lain, namun hati kedua tokoh nasional itu tidak menyisakan ruang untuk bercokolnya dendam.
Bergabungnya Prabowo ke dalam kabinet Jokowi terbukti mampu membuyarkan polarisasi dukungan di masyarakat yang ketika pilpres selesai, ternyata ekspresi dukungan orang atau sekelompok orang terhadap capres tertentu masih membekas kuat. Jokowi dan Prabowo mampu mencairkan suasana dari tegang menjadi landai.
BACA JUGA:Papua Tanah 'Kesayangan' Jokowi