BELITONGEKSPRES.COM - Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa harga beras di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan ASEAN. Meskipun demikian, banyak petani di tanah air masih hidup dalam kemiskinan, salah satu penyebabnya adalah rendahnya harga gabah yang mereka terima.
Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), mengungkapkan harapannya kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto agar segera memilih Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang memiliki kepedulian nyata terhadap petani.
“Kami ingin Prabowo memberikan perhatian serius pada sektor pertanian. Lindungi kami,” ungkap Henry dalam sebuah pernyataan di Jakarta pada Rabu, 25 September.
Menurutnya, Kepala Bapanas saat ini, Arief Prasetyo Adi, dinilai tidak berpihak pada petani, dan hal ini terlihat dari berbagai kebijakan yang diambil, terutama terkait harga gabah.
BACA JUGA:Kemenkop UKM Gelar Pelatihan Kewirausahaan Bagi Penyandang Disabilitas
BACA JUGA:Tingkatkan Literasi Ekonomi Syariah, Bank Indonesia Jalin Kerjasama dengan Ulama
Meskipun SPI telah menyampaikan kritik terhadap kebijakan Bapanas berulang kali, kritik tersebut tampaknya tidak mendapatkan respons yang memadai. “Suaranya hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Kami rasa Kepala Bapanas harus diganti,” tegasnya, merujuk pada ketidakpuasan yang ada.
Henry berharap bahwa pemerintahan di bawah kepemimpinan Prabowo akan memilih sosok yang benar-benar memahami sektor pertanian dan memperjuangkan nasib petani. Ia juga menyarankan agar pengelolaan perberasan nasional diserahkan kepada industri kecil dan koperasi, alih-alih membuka peluang bagi kapitalis besar yang bisa menimbulkan ketimpangan.
Lebih lanjut, ia menyatakan pentingnya memberdayakan Perum Bulog untuk menyerap gabah dari petani dengan lebih optimal, mengingat Bulog saat ini mengalami kendala keuangan. “Kami melihat Bulog tidak dapat menyerap gabah petani secara maksimal karena keterbatasan anggaran,” saran Henry.
Sebelumnya, Carolyn Turk, Country Director for Indonesia and Timor-Leste di Bank Dunia, mengungkapkan hasil survei yang menunjukkan harga beras di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, sementara kesejahteraan petani di Indonesia sangat memprihatinkan. “Konsumen di Indonesia harus membayar harga tinggi untuk beras, yang sering kali lebih tinggi dibandingkan harga di negara-negara tetangga,” kata Turk saat berbicara di Indonesia International Rice Conference (IIRC) di Nusa Dua, Bali, pada 19 September.
BACA JUGA:Menuju Energi Berkelanjutan: Target PLN EPI untuk 10 Juta Ton Biomassa pada 2025
BACA JUGA:Kemenkeu Tetapkan Target Cukai Minuman Berpemanis Tahun 2025 Sebesar Rp 3,8 Triliun
Sutarto Alimoeso, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), juga menyoroti panjangnya rantai pasok sebagai salah satu penyebab mahalnya harga beras di Indonesia.
Ia menambahkan bahwa kesulitan petani dalam memperoleh pupuk dan benih unggulan juga berdampak pada produktivitas mereka. “Ini harus dikontrol agar produktivitas tidak terganggu,” ujar mantan Direktur Utama Perum Bulog tersebut. (jpc)