Setelah itu barulah John membongkar apa yang sedang kami rahasiakan. Prank yang berhasil. Ia pun heran: ada bir tanpa alkohol.
Saya bercerita: di Indonesia juga pernah ada bir dengan kandungan alkohol hanya 2 persen.
Anda masih ingat namanya: saya lupa. Waktu itu jadi pembicaraan umum. Terutama di dunia marketing. Bir dua persen itu jadi bahasan seminar-seminar marketing.
BACA JUGA:Pulang!
BACA JUGA:Robert Pebble
Akhirnya kita semua tahu: produk itu gagal di pasar. Bagi yang mengharamkan bir, kandungan alkohol dua persen pun tetap saja alkohol.
Di Amerika, Anda sudah tahu, hampir tidak ada orang yang punya sopir. Padahal kebiasaan minum bir sudah begitu mengakarnya. Peraturan pun keras: orang yang baru saja minum minuman beralkohol tidak boleh mengemudi mobil.
Itu juga alasan utama kenapa perlu diproduksi bir tanpa alkohol. Agar setelah minum bir masih bisa mengendarai mobil.
"Iklan bir tanpa alkohol ini sangat gencar. Iklan itu selalu menonjolkan kegembiraan minum bir dilanjutkan dengan kegembiraan mengemudi," ujar John.
Saya pun akhirnya tahu seperti apa rasa bir: tidak menarik. Enakan air putih.