Bossman Mardigu Bongkar Buruknya Bisnis MLM, Produk Murahan dan Sistemnya Money Games

Minggu 12 May 2024 - 21:20 WIB
Editor : Erry Frayudi

JAKARTA – BELITONGEKSPRES.COM, Ada banyak jenis bisnis yang ditawarkan kepada masyarakat dalam kondisi perekonomian Tanah Air saat ini, salah satunya adalah multi-level marketing (MLM).

MLM, atau pemasaran berjenjang, adalah strategi pemasaran di mana tenaga penjual tidak hanya mendapatkan kompensasi atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan anggota lain yang mereka rekrut.

Meskipun ada janji keuntungan besar, seringkali di baliknya terdapat masalah seperti praktik yang meragukan dan kualitas produk yang dijual tidak sebanding dengan klaim yang dibuat oleh anggota MLM tersebut.

Bossman Mardigu membeberkan bobroknya bisnis MLM, menuduh banyak produknya murahan dan sistemnya mirip permainan uang. Kritik tajam tersebut diungkapkan dalam salah satu videonya yang secara habis-habisan mengkritik bisnis MLM.

Dalam video tersebut, Bossman mempertanyakan kualitas produk yang dijual dalam bisnis MLM, menyebutnya sebagai barang murahan yang sulit dijual oleh anggota MLM.

BACA JUGA:Ombudsman RI Imbau Masyarakat Tak Tergoda Iming-iming Investasi dengan Imbal Hasil yang Tinggi

BACA JUGA:Honda Super Cub C125 Hadirkan Varian Warna Baru, Harganya Bikin Melongo

Anggota diberikan janji-janji bonus yang menggiurkan, termasuk impian memiliki mobil mewah dan liburan ke luar negeri, yang sebagian besar hanya dianggap sebagai trik pemasaran.

Bahkan, para pelaku bisnis MLM terkadang menggunakan retorika "bisnis berkah" untuk menarik minat dari kalangan agamis. Semua ini menimbulkan kesan bahwa bisnis MLM hanya bernilai murahan, terutama ketika Bossman menyampaikan kritik pedas terhadap skema pemasaran yang mirip dengan permainan uang.

Menurut informasi dari Departemen Perdagangan Indonesia, saat ini terdapat sekitar 300 perusahaan MLM di Indonesia. Dari jumlah tersebut, ada 10 perusahaan MLM teratas yang memiliki sekitar 1 juta anggota, sedangkan yang lainnya memiliki rata-rata 20-30 ribu anggota.

Secara kasar, diperkirakan terdapat sekitar 15 juta reseller MLM, namun dampaknya pada ekonomi Indonesia masih terbilang kecil. Sebagian besar produk MLM tidak dapat dijual kembali oleh anggotanya, sehingga mereka hanya menjadi pengguna atau konsumen produk tersebut. Hal ini menyebabkan mereka yang berada di level bawah sulit untuk menghasilkan pendapatan tambahan, sehingga seringkali menjadi 'korban' dalam skema tersebut.

Menurut Bossman, kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa nilai produk yang ditawarkan dalam bisnis MLM seringkali sangat rendah, hanya sekitar 10 persen dari nilai jual kepada anggota.

BACA JUGA:Viral Kepala Bandara Sangia Nibandera Kolaka Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Kemenhub Langsung Bebastugaskan

BACA JUGA:Chery Perkenalkan Omoda 7, Mampu Menempuh Hingga 1.200 Km Sekali Pengisian BBM

Selain itu, produk yang ditawarkan seringkali merupakan barang umum yang dapat ditemukan dengan mudah di pasaran, bukan barang eksklusif. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi anggota MLM untuk menjual produk tersebut.

Kategori :