Karena itulah, banyak penggemar sepak bola tanah air menyimpulkan bahwa sosok yang memenuhi panggilan wawancara di Hari Natal itu tak lain adalah Patrick Kluivert—pelatih asal Belanda yang kini memikul ekspektasi besar untuk melanjutkan mimpi Garuda menuju Piala Dunia.
Pergantian pelatih tim nasional di tengah putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, yang masih menyisakan empat laga penting, sontak menimbulkan gelombang ekspektasi dan tanda tanya besar di kalangan publik.
Bagi banyak pencinta sepak bola, keputusan itu terasa janggal. Selama era Shin Tae-yong, publik memahami bahwa yang sedang dibangun bukan sekadar kemenangan instan, melainkan fondasi jangka panjang untuk menciptakan tim nasional yang lebih tangguh dan modern.
Namun, ketika tongkat kepelatihan berpindah ke tangan Patrick Kluivert, paradigma pun berubah. Publik menilai bahwa fase pembentukan tim telah selesai.
Dan kini yang dibutuhkan adalah hasil konkret --yakni lolos ke Piala Dunia 2026, target ambisius yang sudah terlanjur ditanamkan dalam benak suporter.
BACA JUGA:Hajar Niger 5-0: Maroko Lolos ke Piala Dunia 2026, Jadi Wakil Afrika Pertama
Harapan itu semakin tinggi karena timnas kini diperkuat oleh sejumlah pemain naturalisasi berkualitas yang memperkaya gaya bermain Garuda.
Nama-nama seperti Ole Romeny, Dean James, Joey Pelupessy, Emil Audero, Mauro Zijlstra, hingga Miliano Jonathans disebut-sebut bakal membawa warna baru dalam permainan Indonesia, sekaligus menjadi tumpuan dalam mewujudkan mimpi besar ke pentas dunia.
Namun kenyataan di lapangan tidak seindah harapan. Laga perdana timnas Indonesia di bawah asuhan Patrick Kluivert justru berakhir dengan kekalahan telak 1–5 dari Australia.
Hasil ini terasa menyesakkan, sebab di era Shin Tae-yong, Indonesia sempat menahan tim yang sama dengan skor imbang 0–0 --sebuah pencapaian yang kala itu dianggap luar biasa.
Rentetan hasil buruk berlanjut. Indonesia kembali tumbang dengan skor mencolok 0–6 dari Jepang, sementara di tangan Shin Tae-yong, Garuda masih mampu membatasi kekalahan menjadi 0–4.
Perbedaan performa ini semakin mempertegas kekhawatiran publik bahwa pergantian pelatih justru membuat timnas kehilangan arah permainan.
Puncaknya terjadi pada 9 Oktober 2025, saat Indonesia kalah 2–3 dari Arab Saudi dalam lanjutan putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Kekalahan itu bukan hanya mengubur peluang lolos, tetapi juga memicu ledakan kekecewaan dari para suporter.
Pada pertemuan sebelumnya melawan Arab Saudi, tepatnya di era Shin Tae-yong pada putaran ketiga kualifikasi, timnas Indonesia justru tampil jauh lebih solid.
BACA JUGA:Lionel Messi Beri Sinyal Pensiun, Piala Dunia 2026 Jadi Akhir Karier Internasional
Saat bertandang ke Riyadh, Garuda mampu menahan imbang 1–1, dan bahkan menang 2–0 ketika bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Hasil itu menegaskan bahwa Indonesia sempat berada di jalur yang benar menuju sepak bola yang kompetitif di Asia.