Senyum Muda

Selasa 05 Mar 2024 - 21:20 WIB
Reporter : Dahlan Iskan

Seperti setengah putus asa kernet lalu membawa saya ke arah bus berhenti. Lama memandang wajah saya. Lalu keluar kata-kata pemungkasnya: beri saya 20 real, untuk makan.

Saya pun berterima kasih atas kebaikannya. Lalu dibukalah bagasi. Saya ambil tas merah kecil itu.

"Hanya itu?" tanyanya.

Isinya hanya dua lembar kain ihram dan dua potong baju dalam. 

BACA JUGA:Beras Bansos

Ini musim dingin. Tidak berkeringat. Cucian pun lima jam ditinggal tidur sudah kering. Bibir saja terasa kering, apalagi hanya pakaian dalam.

Di rest area itu saya  duduk di depan musala. Atur strategi.

Matahari menyentrongkan sinar terkuatnya. Langit seperti berdebu. Hati pun galau: bagaimana bisa keluar dari sini. Saya tidak punya apps taksi Saudi. Coba saya masih muda mungkin lebih pintar menggunakan segala cara yang ada di HP.

Saya raba dompet. Masih ada. Berarti ada uang. Rasanya itu senjata terbaik saat itu. Rasanya si amplop tadi memasukkan beberapa lembar uang real ke dompet. Termasuk beberapa lembar @200 real. Baru tahu. Saya kira nominal tertinggi itu lembar 100 real.

"Akan selalu ada orang baik di mana pun".

Di samping banyak juga yang tidak baik.

BACA JUGA:Madura Kaili

Saya tanya beberapa hati di situ. Semua pendatang. Saya belum mau menggunakan senjata terakhir. Toh saya belum seperti Didi Kempot:  bertanya sampai ke 1000 hati. Sampai kelelahan dan meninggal dunia.

Saya lihat di rest area ini ada bengkel mobil. Sepi. Beberapa montirnya duduk di lantai semen: makan bersama. Saya tunggu mereka selesai makan. Saya tidak mau menembak di saat angin belum reda.

Tapi mereka seperti tahu pedalaman hati saya: berdiri lama di depan bengkel itu.

"100 real," katanya.

Kategori :

Terkait

Rabu 04 Dec 2024 - 14:06 WIB

Kloning Javier

Selasa 03 Dec 2024 - 14:35 WIB

Sumur Tua

Senin 02 Dec 2024 - 15:26 WIB

Walk Out

Minggu 01 Dec 2024 - 15:49 WIB

Awan Capung

Sabtu 30 Nov 2024 - 12:26 WIB

Sherly Benny