Kesehatan 6.0

Kamis 29 Feb 2024 - 22:21 WIB
Oleh: Dito Anurogo, M.Sc., Ph.D.(Can

Teknologi, dalam hal ini, bukan hanya alat, tetapi juga mediator yang mengubah pemahaman kita tentang kesehatan dan penyakit, memaksa kita untuk mempertimbangkan ulang apa artinya hidup sehat dalam konteks yang terus berubah.

Dalam kerangka fenomenologi, yang menekankan pada pengalaman subjektif dan cara individu memaknai dunia mereka, era Kesehatan 6.0 menawarkan wawasan yang kaya tentang interaksi manusia-teknologi. Dengan mengintegrasikan teknologi dalam perawatan kesehatan, individu tidak hanya berinteraksi dengan alat, tetapi juga dengan representasi dan simulasi yang mengubah pengalaman subjektif mereka tentang kesehatan dan penyakit.

Fenomenologi memungkinkan kita untuk menjelajahi bagaimana realitas virtual, kecerdasan buatan, dan teknologi lainnya mempengaruhi cara kita merasakan dan memahami tubuh dan kesehatan kita.

Dalam konteks ini, pertanyaan tentang 'autentisitas' pengalaman kesehatan menjadi sentral, mengundang kita untuk mempertimbangkan bagaimana teknologi membentuk dan kadang-kadang menggantikan pengalaman kesehatan 'nyata' dengan versi yang dibuat dan dimediasi secara teknologi.

BACA JUGA:Negeri Jiran pun Menunggu Hasil Resmi Pemilu Indonesia

Sebagai hasilnya, kita dihadapkan pada tugas filosofis untuk menavigasi dunia di mana batasan antara nyata dan buatan tidak hanya kabur tetapi terus didefinisikan ulang oleh kemajuan teknologi.

Tantangan

Kesehatan 6.0 menjanjikan kemajuan besar, namun juga memerlukan perhatian khusus terhadap isu etika, kesetaraan akses, dan keamanan data. Di Indonesia dan negara berkembang lainnya, implementasi teknologi ini harus disertai dengan upaya peningkatan infrastruktur, literasi digital, dan kebijakan kesehatan yang inklusif untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat memanfaatkan manfaatnya.

Dengan memadukan kemajuan teknologi dengan pemikiran kritis dan etika, Kesehatan 6.0 memiliki potensi untuk tidak hanya mengubah cara kita mendekati perawatan kesehatan, tetapi juga memperkuat kemanusiaan kita dalam prosesnya.

BACA JUGA:Hilirisasi Pangan dan Minerba Pacu Pertumbuhan Ekonomi

Penting untuk mempertimbangkan bagaimana teknologi Kesehatan 6.0 dapat diterapkan secara spesifik dalam konteks Indonesia dan negara berkembang lainnya, yang sering kali menghadapi tantangan unik seperti ketimpangan akses kesehatan, infrastruktur yang belum memadai, dan keterbatasan sumber daya.

Dalam menghadapi tantangan ini, teknologi seperti AI dan big data dapat berperan penting dalam meningkatkan sistem surveilans kesehatan publik. Misalnya, dengan menganalisis data dari berbagai sumber, AI dapat membantu dalam deteksi dini wabah penyakit, memungkinkan intervensi lebih cepat dan efektif.

Di Indonesia, dimana penyakit seperti demam berdarah dan malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, teknologi seperti ini bisa sangat bermanfaat.

BACA JUGA:Makan Gratis tanpa Berpikir Kritis

Sel punca dan nanomedisin, walaupun masih di tahap awal pengembangannya di banyak negara berkembang, menawarkan harapan untuk pengobatan kondisi yang sebelumnya dianggap tidak dapat disembuhkan.

Dalam konteks ini, penting bagi negara-negara tersebut untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, serta dalam pembangunan kapasitas lokal untuk produksi teknologi kesehatan. Kemitraan dengan institusi global dan transfer teknologi juga dapat mempercepat adopsi dan adaptasi teknologi canggih ini.

Kategori :