BACA JUGA:Presiden Prabowo Yakin BPI Danantara Akan Jadi Pilar Utama Ekonomi Indonesia
Pada masa itu, Indramayu ditetapkan sebagai pemasok utama beras untuk pulau-pulau di luar Jawa, serta medan pertempuran di Pasifik Selatan. Indramayu bahkan dijuluki sebagai Gudang Beras Jawa, karena 55 persen dari total luas wilayahnya adalah lahan sawah, mencapai 113.232 hektare pada waktu itu.
Kini, kabupaten yang terletak di Pantura Jawa ini kembali menegaskan perannya sebagai lumbung padi nasional.
Pada 2024, produksi padi di Indramayu mencapai 1,7 juta ton gabah kering panen (GKP), setara dengan 1,49 juta ton gabah kering giling (GKG).
Bupati Indramayu, Nina Agustina, menyatakan bahwa pencapaian ini menjadikan Indramayu sebagai penghasil padi terbesar di Jawa Barat, bahkan di Indonesia.
Dengan luas sawah mencapai 125.442 hektare, sebanyak 112.000 hektare di antaranya termasuk dalam kategori lahan dilindungi. Kawasan ini tidak hanya menjadi tulang punggung ketahanan pangan, tetapi juga simbol identitas agraris bagi masyarakat setempat.
Selain Indramayu, kabupaten dan kota lain dalam wilayah aglomerasi Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) juga berperan penting dalam produksi padi, meski skala produksinya tidak sebesar Indramayu.
Di Kabupaten Cirebon, produksi padi pada 2024 tercatat mencapai 560.713 ton, dengan 359.473 ton di antaranya telah diolah menjadi beras berkualitas.
BACA JUGA:Ridwan Kamil: Keberhasilan Program 3 Juta Rumah Butuh Kolaborasi dari Banyak Pihak
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan, menyatakan bahwa keberhasilan ini tidak terlepas dari optimalisasi pengelolaan lahan sawah, meskipun dihadapkan dengan tantangan cuaca ekstrem.
Untuk 2025, Distan Cirebon menargetkan produksi padi sebesar 528.824 ton, dengan proyeksi beras mencapai 339.029 ton. Penyesuaian ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor cuaca dan keterbatasan lahan.
Pemerintah daerah setempat fokus pada perbaikan jaringan irigasi dan pemanfaatan benih unggul untuk menjaga produktivitas.
Di Kota Cirebon, keterbatasan lahan menjadi tantangan utama sektor pertanian. Dengan hanya 111 hektare sawah yang tersisa, produksi padi per tahun berkisar 900 ton. Meski demikian, produktivitas lahan meningkat menjadi 7 ton per hektare, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya yang berkisar antara 5-6 ton.
Elmi Masuroh, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Cirebon, menjelaskan bahwa saat ini di Kota Cirebon hanya ada 15 kelompok tani (poktan), masing-masing dengan sekitar 15 anggota petani.
BACA JUGA:Perpadi Diminta Bapanas Bantu Penyerapan Gabah Petani untuk Jaga Stabilitas Harga
Meskipun Kota Cirebon bukan daerah agraris, kata Elmi, pihaknya terus berupaya memberdayakan petani agar mereka bisa bertahan secara ekonomi dengan mengelola lahan yang ada.