Urusan taktik, Pastoor dirumorkan akan menjadi otak utama pola permainan timnas Indonesia. Pengalamannya yang lebih 20 tahun di dunia kepelatihan menjadi modal berharga karena berbagai dinamika melatih pasti sudah dirasakan pria 58 tahun tersebut.
BACA JUGA:Hari Desa Nasional 2025: Desa, Gizi dan Pangan
Lebih dari 450 pertandingan bersama tujuh klub pernah dipimpin oleh Pastoor. Pendapatan poinnya per pertandingan adalah 1,3 poin per laga. Jumlah ini lebih baik dari Kluivert yang menghasilkan 1,2 poin dari 34 pertandingan.
CV-nya Pastoor semakin mencolok karena pernah mengantarkan tiga tim promosi ke kasta tertinggi sepak bola Belanda, Eredivisie. Tiga tim itu adalah Excelsior, Sparta Rotterdam, dan Almere City.
Pastoor juga menjadi satu-satunya pelatih di timnas saat ini yang memiliki trofi. Trofi ini didapatkannya saat membawa Sparta Rotterdam juara kasta kedua Liga Belanda atau Eerste Divisie musim 2015/2016. Dengan formasi 4-3-3, Sparta saat itu cuma menelan lima kali kekalahan dari 36 pertandingan ketika juara.
Walaupun 4-3-3 mengantarkan Sparta juara, Pastoor bukan sosok yang fanatik terhadap sistem permainan tersebut. Ia memilih menjadi pelatih yang adaptif menggunakan formasinya, tergantung kualitas pemain dari klub yang ia latih. Pendekatan ini sama dengan yang dilakukan oleh Kluivert di jumpa persnya pada Minggu 12 Januari.
BACA JUGA:Strategi Kepemimpinan Ekonomi Berlandaskan Etika
Sedikitnya, ada lima formasi yang pernah digunakan Pastoor selama menahkodai tujuh klub selain 4-3-3. Enam formasi itu adalah 3-4-1-2, ,3-5-2, 4-5-1, 4-4-2, dan 4-1-4-1.
Sementara Landzaat, pelatih kelahiran Amsterdam pada 6 Mei 1976 itu kenyang pengalaman sebagai asisten pelatih di enam klub di empat negara, Hungaria (Ferencvaros), Arab Saudi (Al-Ittihad, Al-Taaawoun), Polandia (Lech Poznan), dan Belanda (Feyenoord, Willem II). Ia juga mempunyai kelebihan bisa berbahasa Indonesia. Kelebihan ini akan sangat berguna untuk menjalin pendekatan dengan pemain lokal.
Pertaruhan terbesar PSSI
Suka atau tidak, pergantian pelatih di sepak bola adalah hal yang wajar. Ada yang yang dilakukan di awal musim, di akhir musim, dan ada yang dilakukan di tengah musim.
Dan PSSI memutus kontrak Shin Tae-yong di tengah-tengah perjuangan timnas Indonesia menembus putaran final Piala Dunia 2026. Indonesia ada di posisi ketiga klasemen sementara Grup C dengan koleksi enam poin dari enam pertandingan.
BACA JUGA:Peran Bulog Dalam Simpul Koordinasi Pangan
Jay Idzes dan kolega berjarak 10 poin dari Jepang di puncak dan cuma selisih satu poin dari Australia di posisi kedua. Dengan empat pertandingan tersisa, target yang disepakati PSSI dan Shin di putaran ketiga, yaitu finis di posisi ketiga dan keempat untuk mengambil tiket tersisa dari putaran keempat, masih on track.
Namun, PSSI mengambil langkah mengejutkan. Mereka merasa bukan Shin orang yang mengantarkan Indonesia ke Piala Dunia. Di tanggal 6 Januari atau setelah dua pekan Indonesia gagal ke semifinal ASEAN Cup 2024, Erick Thohir mengumumkan perpisahan dengan Shin yang masih memiliki kontrak sampai Juni 2027.
PSSI memilih meninggalkan orang yang mengangkat level Indonesia dari beberapa tahun terakhir dan memilih Patrick Kluivert sebagai nahkoda baru. Dalam enam bulan ke depan, pertaruhan PSSI dan era baru timnas Indonesia ada di tangan pemegang top skor keempat sepanjang masa timnas Belanda tersebut.
Meski Erick memilih pelatih asal Belanda karena ada keterikatan budaya antara Belanda dan Indonesia, termasuk melimpahnya pemain diaspora Indonesia yang memiliki darah negara berjuluk Negeri Kincir Angin itu, hal tersebut tak menjamin transisi Shin ke Kluivert berjalan sempurna.