Menunggu Implementasi 'Makan Siang Bergizi Gratis' Prabowo

Seorang siswa menyantap makanan saat uji coba program makan bergizi gratis di SDN Sukasari 5, Kota Tangerang, Banten, Kamis 1 Agustus 2024--(ANTARA FOTO/SULTHONY HASANUDDIN)

JAKARTA, BELITONGEKSPRES.COM - Tanggal 20 Oktober 2024 menjadi momen penting bagi Indonesia dengan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Salah satu program andalan yang diusulkan adalah "Makan Siang Bergizi Gratis," sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. 

Mengingat konsumsi makanan mendominasi anggaran rumah tangga dan ketimpangan gizi yang masih mengkhawatirkan, program ini diharapkan dapat mengatasi tantangan besar dalam pemenuhan gizi yang berkualitas. 

Dalam konteks bonus demografi yang sedang berlangsung, keberhasilan program ini berpotensi memberikan dampak positif jangka panjang bagi sumber daya manusia Indonesia. Namun, tantangan pengawasan kualitas makanan dan distribusi yang efektif perlu dihadapi agar tujuan itu dapat tercapai.

Selama ini, pengeluaran konsumsi rumah tangga telah menjadi pilar utama perekonomian nasional. Pada triwulan II tahun 2024, menurut data BPS, pengeluaran konsumsi rumah tangga menyumbang 54,53 persen terhadap PDB nasional. Dari jumlah tersebut, pengeluaran untuk makanan dan minuman (selain restoran) menjadi yang terbesar, mencapai 22,69 persen.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023, rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita penduduk Indonesia sebesar Rp1.451.870 per bulan, dengan hampir setengahnya atau 48,99 persen digunakan untuk kebutuhan makanan.

BACA JUGA:Menumbuhkan Kepercayaan Internasional di Tengah Krisis Global

Meskipun konsumsi makanan mendominasi anggaran rumah tangga, ketimpangan dalam pemenuhan gizi, terutama asupan protein, masih menjadi masalah serius. Akses terhadap makanan bergizi masih jauh dari merata, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 

Jika ketimpangan ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan akan berdampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama di tengah periode bonus demografi yang sedang berlangsung.

Nah, di sinilah mengapa Asta Cita (Delapan Misi) Presiden dan Wakil Presiden terpilih, khususnya Asta Cita Ke-4 yang berfokus pada penguatan pembangunan sumber daya manusia, sangat relevan. 

Salah satu kebijakan yang diusulkan adalah program makan siang bergizi gratis, yang menjadi penting untuk segera direalisasikan setelah pelantikan pada 20 Oktober mendatang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2019, angka kecukupan gizi (AKG) harian yang dianjurkan adalah 2.100 kkal untuk energi dan 57 gram protein per kapita per hari. Namun, data Susenas Maret 2023 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi energi penduduk Indonesia masih sedikit di bawah AKG, yaitu 2.087,64 kkal per kapita per hari, atau 99,41 persen dari rekomendasi. 

Di sisi lain, konsumsi protein sebenarnya sudah melampaui angka yang disarankan, mencapai 62,33 gram per kapita per hari, lebih tinggi dari rekomendasi 57 gram. Sayangnya, pencapaian ini belum merata di semua lapisan masyarakat.

Jika dilihat berdasarkan kelompok kesejahteraan, terdapat kesenjangan yang signifikan dalam pola konsumsi. Kelompok 20 persen terbawah hanya mampu mengonsumsi 1.663,05 kkal per hari, jauh tertinggal dibanding kelompok 20 persen teratas yang mencapai 2.504,91 kkal. Dalam hal protein, kelompok terbawah hanya mendapatkan 45,76 gram per hari, sementara kelompok teratas mencapai 81,22 gram, hampir dua kali lipat lebih besar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan