Strategi Peningkatan Kualitas SDM di Bawah Kepemimpinan Prabowo-Gibran Diharapkan dapat Mengatasi Kemiskinan
Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Wapres Terpilih Gibran Raka Buming Raka saat debart Capres belum lama ini.(JawaPos.com)--
BELITONGEKSPRES.COM - Dalam menghadapi tantangan kemiskinan di Indonesia, pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka diharapkan dapat mengangkat kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai langkah strategis menuju negara maju.
Ester Jusuf, seorang Ahli Patologi Sosial dari Universitas Indonesia, menekankan bahwa pemahaman kemiskinan tidak bisa dibatasi hanya pada angka statistik. Penting untuk mengamati kondisi riil yang dialami masyarakat, terutama dalam hal akses terhadap kebutuhan dasar seperti pangan, kesehatan, dan pendidikan.
"Kita harus meneliti fakta-fakta konkret di lapangan. Tidak cukup hanya dengan mengklaim bahwa 75 persen rakyat Indonesia tidak miskin; kita perlu memastikan bahwa mereka tidak mengalami kelaparan, sehat, dan mampu berpikir jernih untuk memperjuangkan hak-hak mereka," ujar Ester dalam diskusi mengenai etika penyelenggaraan negara yang diadakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada 18 Oktober.
Ester juga memperingatkan bahwa kemiskinan dapat secara sistematis diciptakan di beberapa daerah, seringkali berkaitan dengan rendahnya pendapatan masyarakat.
BACA JUGA:36 Pemimpin Negara Akan Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran, TNI-Polri Siapkan Operasi Pengamanan
BACA JUGA:Bahlil Ajukan Pembentukan Direktorat Penegakan Hukum untuk Memerangi Tambang Ilegal
"Diskusi mengenai penghasilan dan garis kemiskinan sangat politis. Ada kalanya orang dengan sengaja memanipulasi situasi kemiskinan untuk keuntungan pribadi. Ini telah menjadi gejala sosial yang terstruktur," tambahnya.
Di sisi lain, Sosiolog Pembangunan Pedesaan, Charles Beraf, menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai solusi untuk mengatasi kemiskinan sistemik.
Ia menceritakan kisah sukses di Keo Tengah, Flores, di mana petani kakao yang sebelumnya bergantung pada tengkulak kini telah beralih ke produksi cokelat batangan berkat program pemberdayaan masyarakat.
"Sejak 2019, mereka memulai program 'jaga kampung'. Anak-anak muda dilatih untuk mengolah biji kakao menjadi cokelat batangan, dan produk mereka kini sudah dipasarkan," jelas Charles.
BACA JUGA:Bapanas Tingkatkan Integrasi Produksi Pangan dan Gizi di Era Pemerintahan Baru
BACA JUGA:Nadiem Harap Agar Program Program Merdeka Belajar Tetap Berlanjut dalam Kabinet Mendatang
Ia menegaskan bahwa pemberdayaan berbasis konteks lokal adalah kunci untuk melawan kemiskinan yang berlangsung di seluruh dunia. "Selain itu, kolaborasi antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah juga sangat penting dalam menciptakan dampak yang signifikan," tutupnya. (jpc)