Cegah Stunting, DKPP Belitung Ajak Konsumsi Pangan B2SA
Kepala DKPP Belitung, Destika Efenly--
TANJUNGPANDAN, BELITONGEKSPRES.COM - Dalam upaya mencegah stunting dan mempercepat penurunannya, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Belitung mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).
"Kami gencar kembali mengkampanyekan program konsumsi pangan B2SA untuk mendukung program percepatan penurunan stunting oleh pemerintah daerah," ujar Kepala DKPP Belitung, Destika Efenly, pada Minggu, 2 Juni 2024.
Destika menjelaskan bahwa pangan B2SA mencakup makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurutnya, konsumsi pangan tidak boleh hanya sekadar mengenyangkan dengan mengandalkan nasi saja, melainkan harus beragam, bergizi, seimbang, dan aman.
"Kita tidak boleh hanya bergantung pada nasi saja, tetapi juga harus mencakup sayuran, protein, karbohidrat, dan kalori yang seimbang," jelas Destika.
BACA JUGA:PMII Siap Berkibar di Belitung, Aldi Bahar Pegang Narkoda
BACA JUGA:Kisah Inspiratif Penyuluh Agama Islam di Dendang, Berkat Program SALAM Qoriza Wakili Babel
Destika menambahkan bahwa meskipun kampanye pangan B2SA di Kabupaten Belitung sudah lama dilakukan, penerapannya oleh masyarakat belum maksimal.
"Selama ini masyarakat kurang memahami konsep gizi seimbang, kita cenderung monoton dengan karbohidrat saja yang penting kenyang, sementara protein dan kalori sering terabaikan," ungkapnya.
Padahal, lanjut Destika, pangan B2SA lokal sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar, sehingga masyarakat Kabupaten Belitung hanya perlu mengkombinasikan menu-menu yang ada.
Contohnya seperti jagung, singkong, telur, dan buah-buahan lainnya. "Pangan itu beragam tidak hanya berarti nasi saja, namun juga harus mencakup protein dan gizi lainnya secara seimbang," tegasnya.
Destika berharap pola pikir masyarakat, terutama para ibu, berubah dan tidak lagi mengandalkan makanan serba cepat saji (instan). "Kendala saat ini adalah para orang tua cenderung memilih yang cepat jadi atau serba instan, berbeda dengan generasi sebelumnya," pungkasnya.