342 Rumah Tangga di Belitung Nikmati Listrik Gratis Berkat Program BPBL

Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya saat menyalakan listrik penerima Program BPBL di Desa Buluh Tumbang, Minggu 8 Desember 2024-Ist-

Tentu, ia mengapresiasi kinerja Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan yang telah melaksanakan Program BPBL. "Kerja keras ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya.

BACA JUGA:Pesan Penipuan Kembali Catut Nama Kepala Dinas DPUPR Belitung

Menurut Bambang,  DPR RI menyetujui alokasi APBN tahun 2024 untuk program BPBL bagi rumah tangga miskin yang belum teraliri listrik sebanyak 150.000 rumah tangga yang tersebar di 36 provinsi di Indonesia

Ia menjelaskan program ini dapat mengurangi terjadinya penarikan kabel ilegal kepada tetangga yang membahayakan keselamatan. 

Maka, pada tahun 2025, program itu masih akan terus berlanjut sehingga seluruh rumah masyarakat kurang mampu di Indonesia mendapatkan aliran listrik.

"Program BPBL ini tetap akan kami lanjutkan pada tahun 2025. Dan kami berharap seluruh keluarga di Indonesia bisa mendapatkan aliran listrik," jelasnya.

BACA JUGA:Piala Soeratin Nasional 2024, KOP SS Belitung Kalah Pada Partai Pembuka

Senada, Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti mengatakan, realisasi penyambungan program BPBL sebagai wujud sila ke lima Pancasila. 

Pihaknya berharap Program BPBL dapat dilanjutkan sehingga bisa mempercepat elektrifikasi dan masyarakat yang belum bisa menikmati liatrik segera dapat menikmati listrik. 

"Semoga program ini bisa bermanfaat untuk masyarakat, tentunya bisa meningkatkan taraf hidupnya," pungkasnya.

Penerima manfaat Program BPBL di Desa Buluh Tumbang, Kecamatan Tanjung Pandan, Samsina (57) menyebutkan, suka dukanya hidup tanpa penerangan. 

BACA JUGA:Bea Cukai Tanjungpandan Patroli Laut Cegah Ekspor Timah Ilegal, Kapal Dari Belitung Ditangkap

Ia tinggal sebatang kara setelah berpisah dengan suaminya, ia tersenyum getir menceritakan saat malam hari hanya menggunakan api dengan sumbu dan minyak yang ada di dalam botol, guna menerangi ketika malam tiba.

"Dulu menggunakan botol minuman energi 150 ml beserta minyak dan sumbu sebagai penerangan, atau orang Belitong menyebut pelita," sebutnya.

Samsina bekerja sebagai buruh di kebun sawit, upah mingguan yang ia terima belum mampu membantunya memasang listrik sendiri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan