Final 150Tv250T
Dahlan Iskan--
Berapa hasil dari kenaikan pajak penjualan 12 persen yang mulai berlaku tanggal 1 Januari depan?
"Kira-kira Rp 150 triliun."
Yang mengatakan itu orang yang bisa dianggap ayatollah-nya perpajakan Indonesia: Hadi Purnomo.
Lima tahun Pak Pung –begitu panggilan akrabnya– menjabat dirjen pajak. Di bawah tiga presiden dan lima menteri keuangan.
Pak Pung juga termasuk orang yang sekali hidup mampu bikin sejarah: ia membuat rekor yang tak terpecahkan pun sampai sekarang. Yakni berhasil mencapai rasio pajak menjadi 13 persen dari PDB.
Itu tahun 2005.
Setelah Pak Pung diganti tidak pernah lagi angka itu dicapai. Tahun ini capaiannya masih di seputar 10,2 persen. Pun di dalam perencanaan pajak tahun depan masih di kisaran itu.
"Padahal setiap ratio itu naik satu persen hasilnya Rp 250 triliun," ujar Pak Pung. "Kalau kembali bisa naik ke 13 persen berarti negara dapat tambahan pemasukan Rp 750 triliun," tambahnya.
Itulah sebabnya Pak Pung bersikeras mengusulkan agar kenaikan pajak PPN dibatalkan. "Kalau rasio pajak yang dinaikkan orang yang punya uang yang disasar. Kalau PPN yang dinaikkan orang miskin pun terkena," tegasnya.
BACA JUGA:Harimau Lapar
Saya bertemu Pak Pung di kafe langganannya di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta. Yakni setelah acara Konferensi Marketing MarkPlus di The Ritz-Carlton, Rabu lalu.
Pak Pung masih sehat. Masih suka senyum. Caranya berpakaian masih rapi necis. Bicaranya runtut dan semangat.
Ikut ngobrol juga Pung yang lain: Cipung Syaifurrahman Noer. Saya tidak menyangka Pung yang lebih muda ini sudah pulang ke Indonesia. Setahu saya ia tinggal di Amerika –sejak 26 tahun lalu.
Saya pernah bertemu Cipung di Seattle. Waktu itu menjabat perwakilan PT Dirgantara Indonesia. Itu pekerjaan keduanya. Setelah lulus fakultas teknik elektro ITS, Cipung bekerja di perusahaan satelit Prancis. Lalu ke Casa di Spanyol.