Hendrya Sylpana

Bekal Dari Mbah Wiro 378 untuk Kemandirian Hidup Baru

--

Bangunan peninggalan masa kolonial Belanda dengan dinding tinggi itu masih berdiri kokoh di jantung Kota Yogyakarta. Bangunan itu bernama Gevangenis En Huis Van Bewaring yang artinya penjara dan rumah tahanan. Setelah lima kali mengalami perubahan nama, akhirnya saat ini bernama Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Wirogunan, Yogyakarta. 

Lapas seluas sekitar 3,8 hektare itu kini dihuni 518 orang warga binaan pemasyarakatan dengan berbagai latar belakang tindak kejahatan. Dalam pembinaannya, Lapas Wirogunan membuat kebijakan dengan menerapkan pendekatan budaya dan humanis. Mulai dari bentuk bangunan hingga fasilitas pendukung semua terkonsep sesuai aturan dan kebutuhan dalam upaya memberikan pelayanan publik yang maksimal.

Dalam menjalani hukumannya, warga binaan juga mendapat beragam kegiatan pendampingan kepribadian dan kemandirian yang diharapkan dapat menjadi bekal kehidupan baru setelah mereka bebas. Salah satu kegiatan pendampingan kemandirian dan cukup terkenal hasilnya itu adalah pembuatan bakpia dengan merk “Mbah Wiro 378”. 

Bakpia yang merupakan salah satu makanan khas Yogyakarta itu biasanya dikenal dalam kemasan dengan merk dagang yang berisi angka. Oleh karena itu Lapas Wirogunan menyertakan angka yang diambil dari salah satu Pasal KUHP yakni 378. Pasal itu berkaitan dengan kejahatan penipuan dan dipilih karena angka itu juga sudah cukup dikenal di kalangan masyarakat. 

BACA JUGA:Babel Bentuk Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Pendampingan kemandirian membuat bakpia itu telah dimulai sejak akhir tahun 2021 yang berawal dari adanya salah satu warga binaan dengan keahlian membuat bakpia. Potensi itulah yang dikembangkan oleh pihak lapas kemudian membuat program pendampingan pembuatan bakpia untuk warga binaan lainnya.  

Dalam pelaksanaannya Lapas Wirogunan menggandeng masyarakat seperti para pekerja bakpia atau praktisi hingga pelaku UMKM untuk memberi bimbingan yang awalnya diikuti oleh lima orang warga binaan hasil seleksi. Seiring berjalanya waktu, saat ini tercatat 43 orang warga binaan telah masuk ke dalam pendampingan kemandirian pembuatan bakpia itu. 

Berada di dalam ruangan yang bernama bengkel kerja Lapas Kelas IIA Wirogunan, para warga binaan bekerja layaknya tenaga profesional di sebuah perusahaan bakpia. Mereka saling berbagi tugas, ada yang membuat adonan, memasukan isian kacang hijau ke dalam kulit bakpia, memanggang, hingga melakukan pengemasan. 

Saat ini Bakpia Wiro 378 memiliki kapasitas produksi sekitar 50 kotak per hari dengan harga Rp20 ribu per kotak dan biasa dipesan oleh hotel-hotel di Yogyakarta serta kepada para pegawai di lingkungan Kemenkumham. Omzet rata-ratanya bisa mencapai sekitar Rp30 juta per bulan yang selanjutnya digunakan untuk membeli bahan baku dan keuntungannya untuk premi atau bayaran bagi warga binaan program pendampingan tersebut.

BACA JUGA:Interior Istana Presiden di IKN Gunakan Material Dalam Negeri

Menurut Edi Susanto (57) salah satu warga binaan yang mengikuti pelatihan kemandirian itu merasa mendapat keterampilan baru yang bermanfaat yang bisa diterapkannya untuk mata pencaharian saat bebas nanti. Menurut dia bayaran hasil pembuatan bakpia yang diterima warga binaan dalam bentuk tabungan di salah satu bank milik pemerintah yang nantinya akan diberikan saat bebas.

Pada ajang pameran produk Kemenkumham dalam Festival Imigrasi (Imifest) 2023 di Grha Saba Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini, Lapas Wirogunan salah satunya menampilkan penganan bakpia Mbah Wiro 378 itu. Selain merupakan media promosi dalam menjual hasil karya warga binaan, pameran itu juga untuk memberi semangat bagi mereka untuk terus berkarya.

Kepala Lapas Kelas II A Wirogunan Soleh Joko Sutopo menjelaskan keterampilan itu nantinya menjadi salah satu bekal hidup untuk warga binaan, sehingga ketika mereka keluar dari penjara dapat menjadi manusia seutuhnya dan mengubah stigma negatif masyarakat terhadap mereka.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan