Menelusuri Labirin Gaya Belajar Anak: Catatan Perjalanan Program AFS Tahun 2024
Ares Faujian--
Sebagian guru mungkin tidak menyadari betapa fatalnya ketidaktahuan ini. Mengajar tanpa mengenali gaya belajar anak atau siswa bagaikan menembak dalam gelap. Ya, tanpa arah dan hasilnya bisa jauh dari harapan (target). Dr. Howard Gardner (1983), dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences pernah mengatakan, "Setiap anak adalah individu unik dengan cara belajar yang berbeda-beda. Guru harus peka terhadap perbedaan ini." Tanpa kesadaran akan perbedaan ini, guru dapat merugikan siswa dengan metode yang tidak sesuai, menghalangi mereka untuk mencapai potensi optimalnya.
Mengikuti program America Field Service (AFS) Global STEM Educators 2024 adalah pengalaman yang tak terlupakan. Program ini seperti labirin pengetahuan yang penuh kejutan, membawa pada pemahaman mendalam tentang bagaimana perbedaan dalam gaya belajar dapat membentuk cara seorang guru mengajar. Program ini menawarkan wawasan luas tentang pendidikan global, khususnya dalam memahami perbedaan gaya belajar siswa. Salah satu momen paling berkesan di program ini adalah ketika para peserta diajak mendalami konsep gaya belajar, yang ternyata menjadi elemen kunci dalam proses pengajaran yang efektif. Melalui berbagai sesi dan diskusi, kami diajak untuk tidak hanya mengenali gaya belajar (guru dan siswa), tetapi juga memahami betapa pentingnya hal ini dalam mencapai kesuksesan pembelajaran.
BACA JUGA:Berbekal Berbagai Prestasi, Bekasi Siap Tatap Era Aglomerasi
Sebagai seorang guru, kita ibarat seorang seniman yang mengolah bahan mentah menjadi karya seni, ia pun juga harus memahami gaya belajar dirinya sendiri. Gaya belajar seorang guru tidak hanya memengaruhi cara ia mengajar, tetapi juga jenis tugas yang diberikan kepada siswa. Bayangkan seorang guru dengan gaya belajar kinestetik, yang lebih suka bergerak dan beraktivitas. Ia memiliki kecenderungan memberikan tugas-tugas yang melibatkan banyak gerakan, berlawanan dengan guru yang lebih suka pendekatan verbal atau berbasis tulisan. Ini seperti halnya seorang tukang kayu yang memutuskan untuk membuat kursi berdasarkan alat-alat yang dia kuasai, hasilnya bisa sangat berbeda dari desain yang diinginkan jika alatnya tidak sesuai.
Mengenal Gaya Belajar
Menurut DePorter (2000), gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Ia mengatakan umumnya dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, pengetahuan, psikologis, latar belakang sosio kultural, dan pengalaman pendidikan. Gaya belajar menurut modalitas seseorang dibagi menjadi 3 tipe, yaitu visual atau melihat, auditorial atau mendengar, dan kinestetik atau bergerak (DePorter, 2000). Gaya-gaya belajar ini sudah lumrah diketahui oleh pendidik.
BACA JUGA:Paralimpiade Paris dan Kesetaraan yang Kian Dimuliakan
Sebelum mengajar, sebenarnya seorang guru harus mengenal cara terbaiknya dalam belajar. Hal ini sangat penting karena akan memengaruhi cara mengajarnya. Misalnya, jika seorang guru merasa lebih nyaman belajar di lingkungan yang tenang dan terstruktur (sistematis/ rapi), kemungkinan besar ia akan menciptakan suasana kelas yang serupa. Selain itu, seorang guru juga harus memahami lingkungan atau kondisi terbaik untuk belajarnya. Apakah lebih suka belajar dalam keheningan, atau justru membutuhkan suasana yang dinamis dan penuh tantangan? Lingkungan belajar yang ideal bagi seorang guru ketika ia belajar itu dapat menjadi cerminan dari bagaimana ia mengatur kelasnya.
Selanjutnya, tipe guru yang menjadi referensi seorang guru dalam mengajar juga memainkan peran penting dalam proses belajar dan mengajarnya. Karena seorang guru pasti bisa terinspirasi oleh gurunya terdahulu ketika ia masih sekolah. Setiap guru yang menginspirasi tersebut memiliki kelebihan yang menjadi sumber imitasi atau adaptasi bagi muridnya yang akan menjadi guru juga. Memahami tipe guru yang terbaik dalam belajar seorang guru akan memengaruhi gaya mengajar yang diterapkan, yang pada akhirnya akan berdampak pada cara siswa menerima pelajaran dan menyelesaikan penugasan. Hal ini patut dipikirkan dari seorang guru ketika akan menerapkan gaya mengajar terhadap keberagaman gaya belajar siswa.
Gaya Belajar David Kolb
BACA JUGA:Belajar Sosiologi, Membaca Wajah Masyarakat!
Dalam program AFS Global STEM Educators 2024, kami diperkenalkan pada 4 kategori gaya belajar melalui video pembelajaran dari aplikasi Bridge, yang selanjutnya akan saya deskripsikan. Gaya-gaya belajar ini berdasarkan teori David Allen Kolb (1984), antara lain: 1) Dynamic learner (accommodator) atau pemelajar dinamis; 2) Imaginative learner (diverger) atau pemelajar imajinatif; 3) Common-sense learner (converger) atau pemelajar akal sehat, dan; 4) Analytic learner (assimilator) atau pemelajar analitik. Masing-masing gaya belajar ini memiliki karakteristik dan preferensi yang unik dalam menyerap informasi.
David Kolb (1984) adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan Amerika yang dikenal luas karena teorinya tentang pembelajaran pengalaman (experiential learning). Buku Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development yang diterbitkan pada tahun 1984 adalah salah satu karya Kolb yang paling berpengaruh. Dalam buku ini, Kolb mendeskripsikan model siklus pembelajaran 4 tahap, yaitu concrete experience (pengalaman konkret), reflective observation (pengamatan reflektif), abstract conceptualization (konseptualisasi abstrak), dan active experimentation (eksperimen aktif).
Pada kategori gaya belajar dynamic learner atau pemelajar dinamis, cara belajar terbaiknya itu dapat melalui pengalaman konkret (concrete experience) dengan merasakan (feeling) dan eksperimen aktif (active experimentation) dengan melakukan (doing). Mereka cenderung memilih aktivitas yang melibatkan tindakan langsung, perencanaan, pengajaran sebaya, dan tugas-tugas praktis seperti kuis dan proyek. Aktivitas ini membantu mereka belajar dengan cara yang langsung dan terlibat. Dilansir dari IDN Times (Jihan Mawaddah, 2018), pemelajar dinamis atau akomodator menurut Kolb ini cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/ dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Secara general, pekerjaan yang cocok untuk anak dengan tipe gaya belajar ini adalah penjualan dan pemasaran.