Tim Satgas Imunisasi Dewasa Tekankan Pentingnya Vaksinasi Cacar Api
Konferensi pers tentang pentingnya vaksinasi cacar api untuk masyarakat usia dewasa di atas 18 tahun bersama PAPDI, PERDOSKI, dan PERDOSNI di Jakarta, Minggu (25/8/2024). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari/aa.--
BELITONGEKSPRES.COM - Tim Satgas Imunisasi Dewasa, bersama beberapa asosiasi dokter spesialis, menekankan pentingnya vaksinasi terhadap cacar api, atau herpes zoster, khususnya untuk individu berusia 18 tahun ke atas.
Dr. dr. Sukamto Koesnoe, Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), menjelaskan dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu, bahwa vaksin ini sudah direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk usia dewasa dan lanjut usia. Masyarakat dapat mengakses informasi lebih lanjut melalui situs web PAPDI.
Per Juli 2024, jadwal imunisasi dewasa diperbarui dengan penambahan vaksin cacar api sebagai salah satu rekomendasi dari satgas. Sukamto menambahkan bahwa satgas telah berkolaborasi dengan berbagai dokter spesialis untuk memastikan vaksinasi ini efektif dan sesuai standar global.
Ketua Umum Pengurus Besar PAPDI, Sally Aman Nasution, menyoroti pentingnya vaksin cacar api. Ia menjelaskan bahwa virus varisela zoster, yang menyebabkan cacar api, dapat aktif kembali ketika sistem kekebalan tubuh melemah, dan sering dipicu oleh kondisi kesehatan lainnya.
BACA JUGA:Ingin Perut Rata? Coba 7 Minuman Enak di Pagi Hari untuk Bakar Lemak
BACA JUGA:5 Ramuan Alami yang Ampuh Hilangkan Bau Ketiak, Yuk Coba!
Sally menekankan perlunya perubahan paradigma dari pendekatan kuratif menjadi preventif. “Vaksin ini memungkinkan kita untuk melakukan intervensi sebelum seseorang terkena herpes zoster, yang dapat memengaruhi kualitas hidup,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa lebih dari 90 persen orang dewasa menyimpan virus varisela zoster dalam tubuh mereka, dengan risiko tertinggi terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Data menunjukkan bahwa perempuan memiliki risiko 19 persen lebih tinggi terkena cacar api, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami penyebabnya.
Sally juga menekankan bahwa fokus tidak hanya pada pengobatan, tetapi juga pada pencegahan. “Penting bagi akademisi dan pemangku kepentingan untuk mengubah paradigma ini, agar tidak hanya fokus pada pengobatan tetapi juga pencegahan melalui imunisasi,” kata Sally.
Menurutnya, PAPDI, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni), dan seluruh pemangku kepentingan perlu memperbarui pendekatan kesehatan mereka untuk mencakup lebih banyak pencegahan dan advokasi imunisasi. (ant)