Rizal Hadi dan Diplomasi Bambu
Rizal Hadi menggunakan Rasendriya saat tampil di Rainforest World Music Festival 2024 di Sarawak Cultural Village, Kuching, Sarawak, pada Sabtu (29/06/2024) sore. (Teguh Imam Wibowo)--
Perjalanan panjang Rizal Hadi dalam bermusik, lebih dari 15 tahun, membawanya berkelana ke berbagai negara. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah dibayangkan oleh pria asal Jawa Barat yang kini menetap di Bali, sejak 11 tahun lalu itu.
Tidak hanya mengenalkan Indonesia sebagai negara yang kaya akan seni, Rizal juga menyampaikan ke dunia mengenai semangat untuk tetap menjaga kelestarian alam melalui musik.
Rizal adalah gitaris. Ia berpikir keras ingin menciptakan alat musik sejenis gitar, namun bahan bakunya tidak dari pohon alam. Sebagai orang Sunda, ia banyak mengenal alat musik yang terbuat dari bambu. Seperti angklung, suling, dan sebagainya.
Akhirnya setelah bereksperimen selama satu tahun lebih, ia berhasil menciptakan rasendriya. Ini adalah gabungan dari alat musik petik atau dawai, tiup, dan tabuh. Rasandriya terbuat dari bambu dengan panjang seperti gitar pada umumnya. Sama seperti gitar biasa, di bagian "kepala" rasandriya, dipasang peg heads, yang fungsinya untuk mengatur keregangan senar gitar.
BACA JUGA:Privilege 'Orang Dalam vs Orang Berbakat'
"Tubuh" rasandriya terbuat dari tiga batang bambu yang panjangnya berbeda. Bambu bagian atas dan bawah, ukurannya lebih pendek dari batang bambu yang di tengah. Bambu yang di tengah menjadi tempat untuk senar gitar yang dibentangkan dari kepala (head) hingga ekor. Diameter bambu untuk bagian tubuh berkisar 10 centimeter.
Ujung ekor bambu bagian tengah, terhubung dengan bambu yang dipasang searah dengan bambu bagian atas. Bambu tambahan ini, berbelok ke atas yang fungsinya untuk menghasilkan suara ketika ditiup.
Rasendriya pun ada yang tidak menggunakan bambu tambahan untuk ditiup. Ada yang dapat digunakan seperti ketika memainkan kecapi yang dibaringkan untuk menghasilkan nada-nada yang indah.
Dalam satu bulan, ia biasanya memproduksi 8 - 10 unit rasendriya. Sebanyak 95 persen pesanan, berasal dari luar negeri. Ia melibatkan sejumlah warga untuk membuat rasendriya. "Satu buah biasanya butuh waktu satu minggu sampai 10 hari, karena ini masih buatan tangan," kata Rizal Hadi.
BACA JUGA:Penolakan RUU Penyiaran dan implikasinya
Bambu dan Indonesia
Meski di Indonesia sendiri namanya populer di kalangan terbatas, Rizal Hadi selalu membawa nama Indonesia ketika di luar negeri. Bambu dan Indonesia menjadi hal yang identik. Ia sendiri tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat berhasil melanglang buana dari bermusik.
Ia pernah diundang ke Rusia, India, Malaysia, Australia, serta beberapa negara di Eropa. Ia mencontohkan ketika tampil di India, beberapa tahun lalu di sebuah stadion penuh penonton yang sangat antusias dengan panggungnya yang sangat besar.
Atau ketika tampil di Rusia dengan musisi terkenal di negara tersebut. "Ini sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya," kata dia, di sela Rainforest World Music Festival (RWMF) 2024 di Sarawak Cultural Village di Kuching, Sarawak, Sabtu (29/6) sore.