BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan November–Desember 2025, Waspada Cuaca Ekstrem
Ilustrasi: BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan November–Desember 2025, Waspada Cuaca Ekstrem--(Antara)
JAKARTA, BELITONGEKSPRES.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai puncak musim hujan yang diprediksi terjadi pada November hingga Desember 2025.
Curah hujan tinggi disertai angin kencang dan potensi cuaca ekstrem diperkirakan akan melanda sebagian besar wilayah Indonesia hingga April 2026.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kondisi hujan deras yang kini terjadi di sejumlah daerah, termasuk Jabodetabek, masih belum mencapai puncaknya.
Ia menegaskan, peningkatan intensitas hujan akan berlangsung secara bertahap mulai November. “Puncaknya sebetulnya di bulan November dan Desember. Jadi hujan deras yang terjadi kemarin itu belum puncak,” kata Dwikorita dalam keterangannya, dikutip Sabtu (1/11/2025).
BACA JUGA:Panas Ekstrem Diprediksi Bertahan hingga November 2025, BMKG Ungkap Penyebabnya
Menurutnya, pola curah hujan di Indonesia sangat bervariasi antarwilayah. Untuk Indonesia bagian barat dan sebagian wilayah tengah, puncak musim hujan akan terjadi pada November–Desember 2025.
Sementara itu, wilayah timur Indonesia diperkirakan mengalami puncak hujan sedikit lebih lambat, yakni antara Januari hingga Februari 2026. Pergeseran waktu puncak hujan dari barat ke timur merupakan pola alami tahunan yang secara konsisten berulang setiap tahun.
Dwikorita juga mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi selama puncak musim hujan, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
“Musim hujan akan terus berlangsung hingga sekitar April 2026. Jadi kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah menjadi kunci utama dalam menghadapi dampaknya,” tegasnya.
BACA JUGA:BMKG Pantau Dua Bibit Siklon Tropis, Picu Hujan Lebat dan Angin di RI
Dengan prediksi ini, BMKG berharap masyarakat dapat lebih waspada dan mempersiapkan langkah antisipatif, terutama di wilayah rawan bencana.
Koordinasi lintas sektor juga diharapkan semakin diperkuat guna meminimalisir dampak dari cuaca ekstrem yang berpotensi meningkat pada akhir tahun ini.***