Hindari Bias Ini! Mental Accounting Bisa Bikin Salah Alokasi Investasi
Ilustrasi - Mental accounting merupakan bias kognitif di mana seseorang mengelompokkan uang secara mental berdasarkan sumber atau tujuan, bukan berdasarkan nilai uang secara objektif.-Jcomp-freepik
BELITONGEKSPRES.COM - Tanpa disadari, banyak orang yang memperlakukan uang mereka secara berbeda tergantung dari sumber, tujuan, atau bentuknya. Misalnya, bonus akhir tahun sering dipakai untuk belanja konsumtif, sementara gaji bulanan digunakan untuk kebutuhan rutin. Fenomena ini dikenal sebagai mental accounting.
Dalam dunia investasi, mental accounting investasi bisa menjadi jebakan yang menghambat keputusan keuangan yang sehat. Kebiasaan menempatkan uang dalam “kotak-kotak psikologis” dapat menyebabkan alokasi yang tidak optimal dan berisiko tinggi.
Apa Itu Mental Accounting?
Mental accounting adalah bias kognitif di mana seseorang mengelompokkan uang secara mental berdasarkan sumber atau tujuan, bukan berdasarkan nilai uang secara objektif. Contohnya:
BACA JUGA:Investasimu Gagal Berkembang? Bisa Jadi karena Takut Ubah Strategi
BACA JUGA:Terungkap! Banyak Investor Rugi karena Endowment Effect, Ini Penjelasannya
- Menyimpan dana darurat di satu rekening, tetapi tetap berutang karena merasa tidak boleh menyentuh “uang darurat”.
- Menganggap uang hasil “cuan” dari saham sebagai uang bebas risiko, lalu menginvestasikannya secara sembrono.
Bagaimana Mental Accounting Menyesatkan Investasi?
Dalam pengelolaan dana investasi, mental accounting bisa menyebabkan keputusan yang tidak rasional. Misalnya:
- Overinvestasi pada satu sektor karena “dana pensiun” dianggap terpisah dari “dana jangka pendek”.
- Tidak melakukan diversifikasi karena merasa sudah mengalokasikan sesuai “nama rekening”.
- Menahan investasi rugi karena merasa “itu uang hasil menang sebelumnya”, padahal tetap merugi.
Psikologi Uang yang Perlu Disadari
Fenomena ini bukan hanya soal teknik keuangan, tapi juga menyangkut psikologi uang. Kecenderungan ini bisa melemahkan disiplin finansial. Uang seharusnya dilihat sebagai satu kesatuan nilai, bukan berdasarkan asal-muasalnya.
Cara Menghindari Bias Mental Accounting:
BACA JUGA:Kenali Gambler’s Fallacy: Pola Pikir Judi yang Bisa Merugikan dalam Investasi
BACA JUGA:Herd Mentality dalam Investasi: Ikut-ikutan Beli Saham Bisa Bikin Buntung!
- Gunakan pendekatan holistik dalam mengelola uang: total aset, bukan rekening per rekening.
- Evaluasi keputusan investasi secara objektif, bukan emosional.
- Hindari label seperti “uang hiburan”, “uang bonus”, atau “uang investasi kecil”, karena semua tetap bagian dari portofolio keuanganmu.
- Gunakan tools perencana keuangan untuk menyatukan pandangan terhadap aset.
Mental accounting bisa membuat keputusan investasi terdistorsi. Meski terlihat masuk akal secara emosional, bias ini dapat mengarahkan kita pada alokasi dana yang tidak rasional dan membahayakan tujuan keuangan jangka panjang. Dengan menyadari psikologi uang, kita bisa lebih cermat dan bijak dalam menyusun strategi investasi.