Serangan Siber Meningkat, Penguatan Sistem Keamanan Jadi Prioritas Perbankan Digital

Ilustrasi - Transformasi digital ke dunia nyata, DIRI Care perluas jangkauan di Pondok Indah-Diri Care-ANTARA/HO

BELITONGEKSPRES.COM - Meningkatnya frekuensi serangan siber di sektor jasa keuangan kembali mengingatkan pentingnya transformasi digital yang tidak hanya cepat, tetapi juga aman. Pengamat perbankan Revie Fayanti menekankan bahwa kejahatan digital kini menjadi ancaman sistemik yang membutuhkan pendekatan mitigasi menyeluruh dari seluruh elemen industri.

Dalam keterangannya di Jakarta, Minggu 6 Juli, Revie menyatakan bahwa keamanan tidak bisa lagi dianggap sebagai isu teknis semata. “Kolaborasi lintas sektor, peningkatan literasi digital, dan investasi berkelanjutan dalam teknologi keamanan merupakan fondasi penting untuk menjaga kepercayaan publik dan stabilitas sistem keuangan digital,” ujarnya.

Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan bahwa sepanjang 2023 terdapat lebih dari 361 juta serangan siber di Indonesia. Dari berbagai sektor terdampak, layanan keuangan menjadi salah satu target utama, menandakan bahwa sektor ini menyimpan risiko tinggi dan menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan digital.

Revie menyebut, institusi keuangan saat ini dituntut tidak hanya untuk terus berinovasi dalam layanan, tetapi juga wajib memperkuat pertahanan terhadap ancaman digital yang semakin kompleks dan canggih. Pemahaman mendalam terhadap evolusi kejahatan siber sangat penting, agar bank, regulator, dan nasabah bisa bekerja sama menghadapi risiko tersebut.

BACA JUGA:Investasi di Tangsel Tembus Rp 3 Triliun pada Triwulan I 2025, Lampaui Target Awal Tahun

BACA JUGA:Wamen UMKM: Permodalan dan Akses Pasar Masih Jadi Hambatan Pelaku Usaha

“Tanpa langkah antisipatif yang tepat, serangan siber dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan digital. Ini bukan sekadar soal teknologi, tapi juga menyangkut reputasi dan keberlangsungan sektor keuangan,” tegas CEO Synergy Partner Prima itu.

Sebagai langkah konkret, Revie dan tim akan menggelar seminar bertema “Kejahatan Siber di Era Digital” pada 16 Juli 2025 di Jakarta. Acara ini menghadirkan para pakar keamanan digital dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap ancaman yang selama ini kerap terjadi tanpa disadari namun sangat merugikan.

Beberapa topik yang akan dibahas mencakup evolusi serangan siber, kecenderungan pelaku yang selalu selangkah lebih maju, serta strategi pertahanan digital yang dapat diterapkan baik oleh lembaga keuangan, pelaku bisnis, maupun individu. Seminar ini juga diharapkan dapat mendorong terciptanya budaya kolaboratif antara institusi, regulator, dan penyedia layanan digital.

Revie menegaskan bahwa membangun kesadaran dan kesiapsiagaan siber bukan hanya tanggung jawab tim IT, melainkan menjadi tugas bersama semua pemangku kepentingan. Dengan pemahaman yang selaras dan komitmen kolektif, sektor jasa keuangan dapat menjadi benteng penting dalam pertahanan digital nasional. (antara)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan