Menghitung Risiko vs Imbal Hasil dalam Investasi: Kunci Cuan atau Buntung?
Ilustrasi - Risiko merupakan kemungkinan terjadinya kerugian atau hasil yang tidak sesuai ekspektasi dari investasi yang dilakukan.-ist/freepik-
BELITONGEKSPRES.COM - Tak ada investasi yang benar-benar bebas risiko. Tapi, bukan berarti kamu harus takut berinvestasi. Kunci dari keputusan investasi yang bijak bukan hanya memilih produk dengan imbal hasil tinggi, tetapi juga memahami dan menghitung risiko yang menyertainya. Mengetahui seberapa besar potensi kerugian dan peluang keuntungan akan membantu kamu menyusun strategi yang sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risiko pribadi.
Apa Itu Risiko dan Imbal Hasil dalam Investasi?
Risiko (Risk)
Risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian atau hasil yang tidak sesuai ekspektasi dari investasi yang dilakukan. Setiap instrumen investasi memiliki tingkat risiko berbeda-beda.
Imbal Hasil (Return)
BACA JUGA:Investasi Untung, Tapi Kena Pajak? Begini Aturan Mainnya!
BACA JUGA:Cara Baca Laporan Keuangan untuk Investor Saham, Panduan Praktis untuk Pemula
Imbal hasil adalah keuntungan atau profit yang diperoleh dari investasi dalam bentuk bunga, dividen, capital gain, atau bentuk lain sesuai produk investasi.
Hubungan Risiko dan Imbal Hasil
Semakin tinggi potensi imbal hasil, semakin tinggi pula risikonya.
Semakin rendah risiko, maka biasanya imbal hasil juga lebih rendah.
Prinsip ini disebut sebagai "risk-return trade-off", dan menjadi dasar dalam memilih instrumen investasi seperti saham, obligasi, reksa dana, hingga properti.
Contoh Perbandingan Risiko dan Imbal Hasil
Instrumen Investasi | Risiko | Imbal Hasil Potensial | Karakteristik |
---|---|---|---|
Deposito Bank | Rendah | 3–5% per tahun | Aman, dijamin LPS |
Obligasi Negara | Menengah-Rendah | 6–7% per tahun | Cukup stabil |
Reksa Dana Campuran | Menengah | 7–10% per tahun | Tergantung komposisi |
Saham Blue Chip | Menengah-Tinggi | 10–15% per tahun | Fluktuatif, tapi kuat |
Saham Growth / Tech | Tinggi | 15%+ per tahun | Volatil, potensi besar |
Cara Mengukur Risiko Investasi
1. Standar Deviasi (Volatilitas)
BACA JUGA:Mengenal Indeks Saham: IHSG, LQ45, dan IDX30, Panduan Dasar untuk Investor Pemula
BACA JUGA:Investasi di Tangsel Tembus Rp 3 Triliun pada Triwulan I 2025, Lampaui Target Awal Tahun
Mengukur fluktuasi nilai investasi. Semakin tinggi standar deviasi, semakin tinggi risikonya.
2. Beta (β)
Ukuran sensitivitas suatu saham terhadap pergerakan pasar.
- Beta > 1 = lebih volatile dari pasar
- Beta < 1 = lebih stabil dari pasar
3. Value at Risk (VaR)
Estimasi kerugian maksimal dalam kondisi pasar normal dalam periode tertentu.
Cara Menghitung Imbal Hasil Investasi
Rumus Imbal Hasil Sederhana: