Jenazah Juliana Dimakamkan, Keluarga Tuding Indonesia Lamban & Lalai

Tim SAR menghadapi kabut tebal saat akan mengevakuasi jenazah Juliana, WN Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani NTB. Evakuasi akan dilakukan pagi ini-Basarnas-jawapos

BELITONGEKSPRES.COM - Duka menyelimuti Brasil saat jenazah Juliana Marins, pendaki muda berusia 26 tahun, akhirnya dimakamkan di tanah kelahirannya pada Jumat 4 Juli. Juliana tewas secara tragis usai terjatuh dari tebing curam Gunung Rinjani, Lombok salah satu gunung paling memesona sekaligus paling berisiko di Asia Tenggara.

Peristiwa memilukan ini terjadi saat Juliana mendaki bersama seorang pemandu lokal dan lima pendaki asing lainnya pada 21 Juni lalu. Namun, pendakian yang seharusnya menjadi petualangan tak terlupakan berakhir bencana. Ia dilaporkan terjatuh dari ketinggian sekitar 600 meter ke jurang berbatu yang curam.

Tim SAR baru berhasil menemukan jasad Juliana empat hari kemudian, setelah pencarian intensif menggunakan drone thermal. Evakuasi pun tidak mudah. Kabut tebal dan medan ekstrem memperlambat proses hingga lebih dari lima jam. Konfirmasi resmi atas kematiannya baru diumumkan pada Selasa 2 Juli, hampir sepekan pascakejadian.

Di Brasil, tragedi ini memicu gelombang empati sekaligus amarah publik. Ayah korban, Manoel Marins, meluapkan kekecewaan dalam pernyataan emosional yang menyita perhatian media internasional. Ia menuding pemerintah Indonesia abai dalam penanganan evakuasi hingga pemulangan jenazah.

BACA JUGA:Antrean Haji Reguler Capai 46 Tahun, Gagasan Haji Hybrid Muncul sebagai Solusi

BACA JUGA:Sekolah Rakyat Siap Dimulai 14 Juli, 100 Lokasi Disiapkan untuk Ribuan Siswa

“Apa yang terjadi pada putri saya adalah bentuk pengabaian terhadap nyawa manusia,” ujar Manoel saat pemakaman, dikutip dari AP News. “Negara ini bergantung pada pariwisata, tapi layanan publiknya sungguh memprihatinkan.”

Kritik terhadap lambatnya respons Indonesia juga menggema di media sosial Brasil. Jutaan orang mengikuti jalannya pencarian dengan harap-harap cemas, yang sayangnya berakhir duka. Meski pihak berwenang Indonesia telah bertemu keluarga untuk memberikan penjelasan, rasa kecewa tetap tak terbendung.

Gunung Rinjani, dengan keindahan danau kaldera dan panorama puncaknya yang memesona, telah lama menjadi primadona wisata alam. Namun di balik pesonanya, gunung ini juga menyimpan risiko mematikan. Tragedi Juliana Marins menambah daftar panjang kecelakaan fatal yang pernah terjadi di jalur pendakiannya.

Peristiwa ini menjadi pengingat keras: destinasi wisata berisiko tinggi membutuhkan infrastruktur tanggap darurat dan layanan keselamatan yang memadai. Keindahan alam seperti Rinjani tak seharusnya jadi jebakan maut bagi para wisatawan yang datang dengan harapan dan impian. (jawapos)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan