Menteri Bahlil Sebut Swasembada Energi Butuh Waktu Lebih Lama, Tak Semudah Pangan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia seusai peresmian pengoperasian dan pembangunan energi terbarukan di 15 provinsi yang digelar di PLTP Blawan Ijen Unit 1, Bondowoso, Jawa Timur, Kamis, 26 Juni 2025-Arnidhya Nur Zhafira-Antara

BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa mewujudkan swasembada energi nasional bukanlah perkara mudah. Menurutnya, tantangan di sektor energi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan swasembada pangan yang relatif lebih sederhana dari sisi implementasi.

Pernyataan ini disampaikan Bahlil saat rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu 2 Juli. Ia menjelaskan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tengah menargetkan kemandirian dalam berbagai sektor strategis, mulai dari pangan hingga energi.

“Target Presiden adalah swasembada energi, mengurangi impor, dan mengoptimalkan potensi dalam negeri,” kata Bahlil.

Dalam konteks pangan, Bahlil menilai bahwa hasil bisa mulai terlihat dalam tiga bulan jika tersedia anggaran yang cukup, lahan yang memadai, dan distribusi pupuk yang lancar. Sebaliknya, di sektor energi khususnya minyak dan gas bumi dibutuhkan investasi besar, teknologi mutakhir, eksplorasi panjang, dan waktu bertahun-tahun hingga ada hasil konkret.

BACA JUGA:Stok Beras Capai Rekor Tertinggi dalam 57 Tahun, DPR Puji Kinerja Mentan Amran

BACA JUGA:Belanja Negara Tembus Rp 1.407 Triliun di Semester I 2025, Defisit Melebar Jadi 0,81 Persen PDB

“Kalau pangan cukup ada duit, lahan, dan pupuk, tiga bulan bisa panen. Tapi kalau energi, meski semua sudah siap, hasil baru bisa dilihat dalam tiga tahun, itu pun kalau berhasil,” ujarnya.

Pemerintah sendiri telah menetapkan target lifting minyak dalam Rancangan APBN 2026 sebesar 610.000 barel per hari (BOPD), naik dari target tahun sebelumnya sebesar 605.000 BOPD. Target tersebut masih dalam tahap pembahasan dan bisa berubah seiring perkembangan kebijakan serta masukan dari DPR.

Untuk mengejar target ini, Kementerian ESDM menyiapkan empat strategi utama. Pertama, mendorong optimalisasi lapangan migas melalui Enhanced Oil Recovery (EOR). Kedua, mengaktifkan kembali sumur dan lapangan migas yang tidak produktif. Ketiga, menerapkan Permen ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang kerja sama teknologi dan operasi untuk peningkatan produksi. Terakhir, pemerintah juga akan memberikan insentif kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) guna mempercepat eksplorasi dan produksi migas.

Bahlil optimistis Indonesia bisa mencapai swasembada energi pada 2029–2030, atau bahkan lebih cepat. Namun, ia mengingatkan bahwa keberhasilan misi ini sangat bergantung pada konsistensi kebijakan, ketersediaan anggaran, serta dukungan lintas sektor.  (beritasatu)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan