Workshop Disiplin Positif di SMAN 1 Manggar: Mewujudkan Sekolah Aman, Berkarakter, dan Bebas Bullying
Workshop Disiplin Positif yang diselenggarakan pada 21–23 Mei 2025 di Gedung Serbaguna SMAN 1 Manggar-Istimewa-
MANGGAR, BELITONGEKSPES.COM - Komitmen menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari bullying terus digalakkan oleh SMAN 1 Manggar.
Salah satu upaya nyata diwujudkan melalui Workshop Disiplin Positif yang diselenggarakan pada 21–23 Mei 2025 di Gedung Serbaguna SMAN 1 Manggar.
Kegiatan ini menghadirkan para narasumber ahli dari berbagai bidang dan diikuti oleh undangan yang terdiri atas kepala sekolah SMA/SMK dan SMP se-Kabupaten Belitung Timur (Beltim), guru Bimbingan dan Konseling (BK), serta siswa SMP terpilih sebagai bentuk kolaborasi lintas jenjang pendidikan dalam membangun budaya sekolah yang positif dan berkarakter.
Workshop dibuka oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V, Adi Zahriadi, M.Si, yang membahas regulasi dan implementasi aturan pencegahan bullying di lingkungan sekolah.
BACA JUGA:Jangan Salah Kaprah, Ini Fungsi Sebenarnya Panti Sosial di Bangka Belitung
Dalam penyampaiannya, Adi menekankan bahwa pencegahan bullying tidak cukup hanya melalui penegakan aturan, namun harus diperkuat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dibangun sejak dini.
“Lingkungan sekolah harus menjadi tempat yang aman bagi pertumbuhan karakter peserta didik. Pencegahan bullying bukan sekadar tanggung jawab guru BK, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh ekosistem pendidikan,” ungkapnya.
Dilanjutkan oleh pengawas bina SMAN 1 Manggar, Garmawandi, S.Pd., M.BA, yang menyampaikan materi bertema “Sekolah Anti-Bullying dan 7 Kebiasaan Hebat Anak Indonesia.”
Ia menjelaskan bahwa kebiasaan positif yang dibangun secara konsisten dapat menjadi benteng utama dalam melawan praktik perundungan.
BACA JUGA:Panti Sosial di Babel, Beliadi: Solusi untuk Yatim Piatu, Korban KDRT dan Tunawisma
“Ketika siswa terbiasa bersikap bertanggung jawab, memiliki empati, dan bekerja sama, maka lingkungan belajar yang saling menghargai akan terbentuk dengan sendirinya,” jelas Garmawandi.
Workshop ini juga menghadirkan Imelda Handayani, SE., M.Si, selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Imelda Handayani mengangkat perspektif perlindungan anak sebagai hak dasar yang wajib dipenuhi oleh satuan pendidikan.
“Anak-anak harus tahu bahwa mereka dilindungi. Guru dan sekolah memiliki peran penting dalam menciptakan ruang aman, terutama untuk mencegah kekerasan verbal dan emosional yang sering kali luput dari perhatian,” paparnya.