Penyidik KPK: Peran Firli Bahuri Dinilai Hambat Penangkapan Harun Masiku dan Hasto

Ketua KPK Non Aktif Firli Bahuri saat menjalani proses penyidikan-FEDRIK-

BELITONGEKSPRES.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rossa Purbo Bekti, mengungkapkan fakta mengejutkan dalam persidangan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. 

Dalam kesaksiannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Rossa menyebut adanya campur tangan mantan Ketua KPK, Firli Bahuri, yang diduga menghambat penangkapan Harun Masiku dan Hasto pada tahun 2019.

Menurut Rossa, saat tim satgas tengah memburu Harun Masiku eks calon anggota legislatif PDIP dan Hasto Kristiyanto, Firli justru secara sepihak mengumumkan kepada publik soal operasi tangkap tangan (OTT) yang menyasar Komisioner KPU Wahyu Setiawan. Padahal, saat itu Harun belum berhasil diamankan.

"Informasi itu kami dapat dari posko. Pimpinan KPK saat itu, Firli Bahuri, merilis adanya OTT ke media. Kami heran, karena seharusnya belum diumumkan. Target utama masih belum tertangkap," kata Rossa, Jumat 9 Mei, saat memberikan kesaksian di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat.

BACA JUGA:Kejagung Tak Pandang Bulu: Ikut Bermain di Kasus Korupsi Timah Siap-Siap!

BACA JUGA:Mensesneg Benarkan Prabowo Tolak Permohonan Mundur Hasan Nasbi Sebagai Kepala PCO

Rossa menambahkan bahwa pengumuman prematur tersebut berdampak fatal: Harun Masiku berhasil melarikan diri dan hingga kini masih berstatus buronan. Ia menilai tindakan Firli mengganggu strategi operasi yang seharusnya dijalankan secara tertutup.

Tim yang dipimpin Rossa saat itu telah mengejar Harun dan Hasto hingga ke lingkungan Sekolah Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di kawasan Kebayoran Baru. Namun, pengejaran tersebut gagal karena situasi mendadak berubah.

"Kami awalnya mengikuti pergerakan dari DPP PDIP ke Blok M, lalu mereka masuk ke PTIK. Kami sudah menunggu di gerbang," ujar Rossa.

Ia menjelaskan bahwa koordinasi tim sangat bergantung pada posko utama yang mengatur jalannya operasi melalui grup Telegram dan WhatsApp. Rossa juga menyebut pengejaran dilakukan berdasarkan informasi sadapan yang diterima secara real-time.

"Dari sadapan, ada perintah dari seseorang yang disebut 'Bapak' untuk menenggelamkan HP ke air. Itu yang mendorong kami bergerak cepat," ungkapnya.

Namun, ketika tim penyidik hendak menunaikan salat Isya, situasi berubah drastis. Mereka dihampiri sejumlah orang, diinterogasi, lalu dibawa ke dalam sebuah ruangan. Akibat kejadian tersebut, tim kehilangan jejak Harun dan Hasto.

“Tim kami diamankan oleh beberapa orang saat salat, dan kami dibawa ke sebuah ruangan. Itu jadi titik balik—kami kehilangan keduanya,” tutur Rossa mengakhiri kesaksiannya. (jawapos)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan