PHK Meningkat, BI Sebut Berpotensi Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Ribuan karyawan Sritex resmi terkena PHK-Rizka Ardina-Beritasatu
BELITONGEKSPRES.COM - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kekhawatirannya terkait tren peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK), yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Erwin Gunawan Hutapea, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, menyatakan bahwa PHK berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Hal ini menjadi masalah karena konsumsi rumah tangga berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Daya beli akan terpengaruh. Ketika daya beli menurun, konsumsi domestik yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi juga akan turun, terutama dengan kondisi ekspor yang tidak sebaik sebelumnya," ujar Erwin dalam pertemuan dengan media pada Rabu, 7 Mei.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87%, dengan konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terbesar, tumbuh 4,89% dan menyumbang 54,53% dari total pertumbuhan ekonomi.
BACA JUGA:Cegah Keterlambatan, Garuda Indonesia Siapkan Satu Pesawat Cadangan untuk Penerbangan Haji
BACA JUGA:Penjualan Motor Listrik Menurun, Polytron Rambah Pasar Vietnam hingga Maladewa
Erwin menambahkan bahwa tekanan ekonomi global turut memengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Jika ekspor terus melemah, industri dalam negeri akan terpengaruh, yang berpotensi meningkatkan angka pengangguran. "Kondisi ini dapat memaksa perusahaan untuk mengurangi tenaga kerja akibat melemahnya penjualan," tambahnya.
Sementara itu, Ahmad Heri Firdaus, Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengungkapkan bahwa pelemahan daya beli menyebabkan ketidakpastian di kalangan investor, yang berdampak pada pengurangan investasi, khususnya di sektor industri.
"Jika pasar lemah, pelaku usaha tidak akan berproduksi optimal, yang berimbas pada pengurangan tenaga kerja dan bahan baku, memperlambat pertumbuhan sektor lainnya," jelas Ahmad.
Ahmad menggarisbawahi pentingnya kebijakan stimulus jangka pendek untuk mendorong daya beli, yang pada gilirannya akan menghidupkan kembali sektor produksi dan mengurangi angka PHK. (beritasatu)